Suara.com - Depresi telah banyak menelan korban. Salah satunya adalah dugaan kasus bunuh diri yang baru saja terjadi pada personel boyband ternama Korea Selatan--Shinee, Jong-hyun.
Ia ditemukan tak bernyawa di apartemennya di Seoul, pada Senin petang (18/12) waktu Korea Selatan. Dilansir dari beberapa media, Jong-hyun sempat menulis pesan kepada kakaknya bahwa dirinya tengah berada dalam 'masa-masa sulit'.
Meski tidak diketahui pasti alasan di balik tindakan Jong-hyun, namun bunuh diri biasanya dilatar belakangi oleh depresi dan perasaan bahwa tak ada sosok untuk bisa berbagi masalah.
Menurut sebuah survei, masalah depresi dan kesehatan mental tetap menjadi hal yang tabu untuk dibahas terutama dengan rekan kerja.
Jajak pendapat yang dilakukan pada 2.025 pekerja di Inggris oleh badan amal Time to Change, mendapati hasil bahwa pekerja di sana lebih suka berbincang mengenai seks atau uang daripada masalah kesehatan mental.
Ketika diminta untuk memilih daftar masalah apa yang bisa mereka bicarakan secara terbuka dengan rekan kerja, 36 persen mengatakan bahwa mereka akan membicarakan masalah kesehatan fisik, 26 persen tentang masalah uang dan 18 persen tentang seks. Sementara hanya 13 persen yang memilih membicarakan masalah kesehatan mental.
Meski begitu, 58 persen dari responden mengatakan bahwa mereka akan mendorong rekan kerjanya untuk membuka diri jika melihat seseorang tengah berjuang dengan kesehatan mental, dan 16 persen di antaranya, mengatakan akan melaporkan masalah tersebut kepada atasan.
Seperti Natalie Hall, perempuan berusia 36 tahun asal Inggris, mengaku merasa ketakutan akan kehilangan pekerjaan serta tidak dipercaya orang-orang jika bercerita secara terbuka tentang gangguan depresi dan kegelisahan yang ia rasakan kepada rekan kerjanya.
Bagi Natalie yang bekerja sebagai seorang analis intelijen untuk Kepolisian Northumbria, mengaku malu bila harus mengakui bahwa dirinya mengalami depresi.
"Saya benar-benar khawatir jika saya mengatakan, 'Saya mengalami depresi dan kecemasan,' itu akan mempengaruhi karir dan prospek pekerjaan saya untuk masa depan. Dan, Anda tahu, apakah saya akan kehilangan pekerjaan? Apakah saya dianggap tidak mampu? Bahwa penilaian yang saya buat tidak rasional lagi, bahwa pekerjaan saya tidak dipercaya dan saya akan dikesampingkan untuk sesuatu?" terangnya dilansir BBC.
Karena keputusan bungkamnya tersebut, kesehatan mental Natalie semakin memburuk hingga dirinya diminta mencari bantuan medis dari dokter dan dinyatakan 'sakit'.
Meski sudah kembali ke kantor berkat pertolongan ahli dan dukungan dari atasan, Natalie mengatakan bahwa rekan kerjanya tidak tahu harus berkata apa ketika melihat Natalie.
"Jangan salah sangka, saya memang punya dukungan dan ada beberapa rekan kerja yang mendukung, tapi tidak ada yang tahu harus berkata apa dan bagaimana membantu. Pada saat itu saya belum memberi tahu siapa pun karena saya masih terlalu malu untuk mengatakannya, saya merasakan kegagalan besar dan saya baru saja mundur, saya tidak lagi benar-benar ceria dan di kantor, saya menundukkan kepala. Bersembunyi di balik layar komputer untuk bertahan pada hari kerja."
Kata Natalie, perhatian kecil seperti membuatkan teh atau berjalan bersama di kantor, merupakan gestur memberi perhatian yang bisa menolong seseorang yang menderita masalah kesehatan mental agar tidak merasa sendirian.
"Ini hal yang sederhana.'Saya akan membuatkan Anda secangkir teh', 'Bisakah kita pergi dan berjalan sedikit?' Haruskah kita keluar dari kantor dan pergi minum kopi? dan ini tentang seseorang yang memberikan sedikit waktu mereka, tanpa mengatakan, 'Saya bisa membuatnya lebih baik,' tapi hanya berada di sana dan itulah yang membuat perbedaan," tutup Natalie.
Berita Terkait
Terpopuler
- 3 Link DANA Kaget Khusus Hari Ini, Langsung Cair Bernilai Rp135 Ribu
- Karawang di Ujung Tanduk Sengketa Tanah: Pemerintah-BPN Turun Gunung Bahas Solusi Cepat
- 5 Fakta Heboh Kasus Video Panas Hilda Pricillya dan Pratu Risal yang Guncang Media Sosial
- 14 Kode Redeem FC Mobile Hari Ini 7 Oktober 2025, Gaet Rivaldo 112 Gratis
- Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di Kota Makassar Bulan Oktober 2025
Pilihan
-
Ragnar Oratmangoen Ujung Tombak, Ini Susunan Pemain Timnas Indonesia vs Arab Saudi
-
BREAKING NEWS! Tanpa Calvin Verdonk, Ini Pemain Timnas Indonesia vs Arab Saudi
-
Waketum PSI Dapat Tugas dari Jokowi Usai Laporkan Penyelewengan Dana PIP
-
Ole Romeny Diragukan, Siapa Penyerang Timnas Indonesia vs Arab Saudi?
-
Wasapada! Trio Mematikan Arab Saudi Siap Uji Ketangguhan Timnas Indonesia
Terkini
-
Langsung Pasang KB Setelah Menikah, Bisa Bikin Susah Hamil? Ini Kata Dokter
-
Dana Desa Selamatkan Generasi? Kisah Sukses Keluarga SIGAP Atasi Stunting di Daerah
-
Mulai Usia Berapa Anak Boleh Pakai Behel? Ria Ricis Bantah Kabar Moana Pasang Kawat Gigi
-
Varises Mengganggu Penampilan dan Kesehatan? Jangan Panik! Ini Panduan Lengkap Mengatasinya
-
Rahasia Awet Muda Dibongkar! Dokter Indonesia Bakal Kuasai Teknologi Stem Cell Quantum
-
Belajar dari Kasus Ameena, Apakah Permen Bisa Membuat Anak Sering Tantrum?
-
Bukan Sekadar Gadget: Keseimbangan Nutrisi, Gerak, dan Emosi Jadi Kunci Bekal Sehat Generasi Alpha
-
Gerakan Kaku Mariah Carey saat Konser di Sentul Jadi Sorotan, Benarkah karena Sakit Fibromyalgia?
-
Di Balik Rak Obat dan Layar Digital: Ini Peran Baru Apoteker di Era Kesehatan Modern
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban