Suara.com - Sejumlah penelitian secara gamblang menunjukkan bahwa masalah kesehatan bukan hanya muncul karena gaya hidup yang tak baik, tetapi juga karena pekerjaan.
Meski stres dan tekanan karena pekerjaan adalah kejadian biasa, tapi stres juga bisa berdampak pada kesehatan mental seseorang.
Sebuah studi terbaru yang memfokuskan penelitian pada perjalanan yang berhubungan dengan pekerjaan atau biasa dikenal DLK (Dinas Luar Kota), ternyata juga dapat mengakibatkan stres, kecemasan, depresi, kecenderungan merokok, tidak beraktivitas dan sulit tidur.
Untuk penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Occupational and Environmental Medicine, tim riset meneliti catatan kesehatan dari 18.328 karyawan yang menjalani penilaian kesehatan pada 2015.
Hasilnya menunjukkan bahwa kecemasan pada tingkat ringan hingga parah atau bahkan gejala depresi sering terjadi pada populasi karyawan yang kerap melakukan DLK.
Untuk itu, peneliti mengimbau agar atasan dan karyawan perlu mempertimbangkan pendekatan baru untuk memperbaiki kesehatan pekerja selama perjalanan bisnis seperti memberikan imunisasi dan layanan evakuasi medis.
"Meskipun perjalanan bisnis dapat dilihat sebagai keuntungan dan dapat menyebabkan kemajuan pekerjaan, ada literatur yang berkembang yang menunjukkan bahwa perjalanan bisnis yang terlalu sering, dikaitkan dengan risiko penyakit kronis yang terkait dengan faktor gaya hidup," kata Andrew Rundle, Associate Professor di Universitas Columbia dilansir Zeenews.
Temuan menunjukkan bahwa perilaku buruk dan masalah kesehatan mental akan meningkat secara signifikan seiring dengan jumlah malam yang dilalui jauh dari rumah karena alasan perjalanan bisnis.
"Bidang kedokteran perlu fokus lebih luas saat ini daripada risiko penyakit menular, risiko penyakit kardiovaskular, kekerasan dan cedera untuk lebih banyak fokus pada konsekuensi perilaku dan kesehatan mental dari perjalanan bisnis," tambah Rundle.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa perjalanan bisnis yang terlalu sering dikaitkan dengan indeks massa tubuh yang lebih tinggi, risiko obesitas, dan tekanan darah tinggi.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 7 Bedak Padat yang Awet untuk Kondangan, Berkeringat Tetap Flawless
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 5 Rekomendasi Tablet dengan Slot SIM Card, Cocok untuk Pekerja Remote
- 7 Rekomendasi HP Murah Memori Besar dan Kamera Bagus untuk Orang Tua, Harga 1 Jutaan
Pilihan
-
Pertemuan Mendadak Jusuf Kalla dan Andi Sudirman di Tengah Memanasnya Konflik Lahan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
Terkini
-
Klinik Safe Space, Dukungan Baru untuk Kesehatan Fisik dan Mental Perempuan Pekerja
-
Mengubah Cara Pandang Masyarakat Terhadap Spa Leisure: Inisiatif Baru dari Deep Spa Group
-
Terobosan Baru Lawan Kebutaan Akibat Diabetes: Tele-Oftalmologi dan AI Jadi Kunci Skrining
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya