Suara.com - Nasi putih kerap dianggap momok bagi penderita diabetes ( diabetesi ) karena dapat meningkatkan kadar gula dalam darah dengan cepat. Dalam porsi normal, nasi putih memiliki indeks glikemik sebesar 70 atau tergolong tinggi.
Biasanya sebagian besar diabetesi beralih pada jenis nasi lainnya seperti nasi merah, karena cenderung termasuk karbohidrat kompleks yang tidak cepat memicu peningkatan kadar gula darah. Namun kini ada solusi baru agar tetap aman mengonsumsi nasi putih.
PT Kalbe Farma Tbk meluncurkan H2 Tepung Kelapa yang diklaim dapat membantu menurunkan indeks glikemik pada bahan makanan lain termasuk nasi. FX Widiyatmo, Deputy Director Corporate Business Development PT Kalbe Farma Tbk mengatakan H2 tepung kelapa dapat dicampur dengan beras putih saat memasak untuk menekan indeks glikemik sehingga lebih aman dikonsumsi penderita diabetes.
"Penambahan H2 tepung kelapa dengan takaran 25 persen pada beras putih saat memasak dapat menurunkan indeks glikemik nasi dari 89 (kategori tinggi) ke 49 (kategori rendah). Hal ini membuat nasi putih lebih aman bagi diabetesi," ujarnya pada temu media di Jakarta, Rabu (31/1/2018).
Dalam kesempatan yang sama, Dr Didah Nur Faridah, Kepala Pengembangan Layanan Analisis Pangan, lnstitut Pertanian Bogor mengatakan penurunan indeks glikemik nasi ini disebabkan oleh kandungan serat yang terkandung dalam tepung kelapa. Serat inilah, kata dia, yang berperan menghalangi penyerapan glukosa dalam darah.
"Kalau kita lihat tepung kelapa ini, ada nutrition fact dimana kandungan seratnya 22 persen. Tingginya serat didalam tepung kelapa menghalangi glukosa masuk ke dalam darah sehingga mau tidak mau glukosa darah turun," jelas Didah.
Meski berasal dari kelapa, tepung ini, kata Widiyatmo, tidak sama dengan santan yang memiliki kandungan lemak tinggi. H2 Tepung Kelapa dibuat dari ampas parutan kelapa yang sudah diproses dan dihilangkan segala lemak buruknya.
"Maka tentu beda dengan santan, tepung kelapa aman dikonsumsi untuk diabetisi yang sudah disertai penyakit komplikasi. Namun memang baiknya diabetisi konsultasi dulu mengenai takaran atau batasannya dengan dokter gizi klinis," terangnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Terungkap! Kronologi Perampokan dan Penculikan Istri Pegawai Pajak, Pelaku Pakai HP Korban
- Promo Superindo Hari Ini 10-13 November 2025: Diskon Besar Awal Pekan!
- 5 Rekomendasi Motor yang Bisa Bawa Galon untuk Hidup Mandiri Sehari-hari
- 5 Bedak Padat yang Bagus dan Tahan Lama, Cocok untuk Kulit Berminyak
- 5 Parfum Aroma Sabun Mandi untuk Pekerja Kantoran, Beri Kesan Segar dan Bersih yang Tahan Lama
Pilihan
-
Cetak 33 Gol dari 26 Laga, Pemain Keturunan Indonesia Ini Siap Bela Garuda
-
Tolak Merger dengan Grab, Investor Kakap GoTo Usul Patrick Walujo Diganti
-
Waduh, Rupiah Jadi Paling Lemah di Asia Lawan Dolar Amerika Serikat
-
Tekad Besar Putu Panji Usai Timnas Indonesia Tersingkir di Piala Dunia U-17 2025
-
Cek Fakta: Viral Isu Rektor UGM Akui Jokowi Suap Rp100 Miliar untuk Ijazah Palsu, Ini Faktanya
Terkini
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia
-
Vape Bukan Alternatif Aman: Ahli Ungkap Risiko Tersembunyi yang Mengintai Paru-Paru Anda
-
Kesehatan Perempuan dan Bayi jadi Kunci Masa Depan yang Lebih Terjamin
-
8 Olahraga yang Efektif Menurunkan Berat Badan, Tubuh Jadi Lebih Bugar
-
Cara Efektif Mencegah Stunting dan Wasting Lewat Nutrisi yang Tepat untuk Si Kecil
-
Kisah Pasien Kanker Payudara Menyebar ke Tulang, Pilih Berobat Alternatif Dibanding Kemoterapi
-
Pengobatan Kanker dengan Teknologi Nuklir, Benarkah Lebih Aman dari Kemoterapi?
-
Data BPJS Ungkap Kasus DBD 4 Kali Lebih Tinggi dari Laporan Kemenkes, Ada Apa?
-
Camping Lebih dari Sekadar Liburan, Tapi Cara Ampuh Bentuk Karakter Anak