Suara.com - Indonesia adalah negara beriklim tropis yang sangat berpotensi menjadi lokasi pertumbuhan hewan maupun tumbuhan. Tetapi tidak seluruhnya bisa disebut positif. Hal ini bila berkait dengan suburnya negara kita sebagai tempat berkembangnya beragam penyakit, terutama penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang disebabkan nyamuk Aedes aegypti.
Data menunjukkan kasus DBD di Indonesia terus menurun kurun 2015 - 2017. Pada 2017, tingkat insiden DBD di Indonesia mencapai 26,8 kasus per 100 ribu penduduk atau telah melampaui target 49 kasus per 100 ribu penduduk.
Meski demikian, dengan tingkat insiden DBD di Indonesia sudah menurun sesuai target, dr Suwito dari Subdit Pengendalian Vektor Kementerian Kesehatan mengatakan ada empat provinsi di Indonesia yang kasus DBD-nya masih tinggi yaitu di atas 49 kasus per 100 ribu penduduk.
"Aceh, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Bali itu incidence rate (frekuensi penyakit atau kasus baru)-nya masih di atas 49 kasus per 100 ribu penduduk. Ini yang harus menjadi perhatian kami untuk menurunkan kasus penularan DBD di empat provinsi itu khususnya, dan provinsi lain secara umum," ujar dr Suwito dalam temu media yang dihelat Bayer, Selasa (17/07/2018).
Ia menambahkan, beberapa strategi yang dilakukan Pemerintah untuk menekan kasus DBD antara lain dilakukan melalui penguatan sumber daya manusia, baik dari sisi tenaga medis yang menangani hingga pemahaman masyarakat untuk memerangi nyamuk penyebab DBD.
"Kami juga lakukan pemberdayaan masyarakat dengan program satu rumah satu jumantik. Diharapkan dalam satu rumah ada satu orang yang memerhatikan lingkungan di tempat tinggalnya sehingga jentik nyamuk tidak berada di situ," tambah dia.
Selain itu, pihaknya juga melakukan pengendalian vektor terpadu dengan berbagai metode sehingga bisa mengurangi pemakaian pestisida yang merupakan zat kimia.
Menurutnya, masyarakat harus menjadi pelopor untuk mengendalikan pertumbuhan nyamuk penyebab DBD.
"Jadi kalau dulu kita kenal istilah 3M, itu tidak cukup untuk menekan kasus penularan virus DBD melalui nyamuk. Harus dibarengi upaya lain seperti metode alami menanam tumbuhan anti nyamuk, hingga upaya kimiawi melalui penyemprotan fogging ketika terjadi kasus DBD di suatu lingkungan tempat tinggal," tutupnya.
Baca Juga: Jadi Caleg PDIP, Kapitra Ampera Merasa Tidak Pernah Dicalonkan
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Prabowo Disebut Ogah Pasang Badan untuk Jokowi Soal Ijazah Palsu, Benarkah?
- 3 Shio Paling Beruntung Pekan Ketiga 13-19 Oktober 2025
- 5 Rekomendasi Sunscreen Mengandung Kolagen untuk Hilangkan Kerutan, Murah Meriah Mudah Ditemukan
- 6 Hybrid Sunscreen untuk Mengatasi Flek Hitam di Usia Matang 40 Tahun
- Patrick Kluivert Dipecat, 4 Pelatih Cocok Jadi Pengganti Jika Itu Terjadi
Pilihan
-
Gaji Program Magang Nasional Dijamin Tak Telat, Langsung Dibayar dari APBN
-
Emas Terbang Tinggi! Harga Antam Tembus Rp 2.596.000, Cetak Rekor di Pegadaian
-
Bikin Geger! Gunung Lawu Dilelang jadi Proyek Geothermal, ESDM: Sudah Kami Keluarkan!
-
Uang MBG Rp100 T Belum Cair, Tapi Sudah Dibalikin!, Menkeu Purbaya Bingung
-
6 Rekomendasi HP 2 Jutaan Kamera Terbaik Oktober 2025
Terkini
-
Rahmad Setiabudi Jadi Pelari Indonesia Tercepat di Chicago Marathon 2025
-
Kenapa Anak Muda Sekarang Banyak Terserang Vertigo? Ini Kata Dokter
-
Tips Edukasi Kesehatan Reproduksi dan Menstruasi untuk Remaja Sehat dan Percaya Diri
-
Lagi Stres Kok Jadi Makan Berlebihan? Ini Penjelasan Psikolog Klinis
-
Otak Ternyata Bisa Meniru Emosi Orang, Hati-hati Anxiety Bisa Menular
-
National Hospital Surabaya Buktikan Masa Depan Medis Ada di Tangan AI!
-
Inovasi Bedah Robotik Pertama di Indonesia: Angkat Kanker Payudara Tanpa Hilangkan Bentuk Alami
-
Riset Ungkap Rahasia Bahagia: Bergerak 15 Menit Setiap Hari Bikin Mental Lebih Sehat
-
Mengembalikan Filosofi Pilates sebagai Olahraga yang Menyatukan Gerak, Napas, dan Ketenangan
-
Perawatan Mata Modern di Tengah Maraknya Gangguan Penglihatan