Suara.com - Sungguh kacau. Allan Lee Wright, seorang penggemar robot begituan atau untuk kegiatan por-on (silakan dibalik sendiri cara membacanya) tampil di sebuah tayangan televisi di Inggris karena pengakuannya yang sungguh heboh. Ia menyatakan membolehkan kedua buah hatinya bermain-main dengan robot itu.
Lee Wright menyatakan, kedua anaknya berusia tiga dan lima tahun, mereka sudah biasa bermain bersama si robot kebutuhan begituan sambil menonton televisi di ruang keluarga.
Samantha, begitu nama robot sarana begituan Lee Wright, memiliki kepribadian menggunakan kecerdasan buatan (AI atau Artificial Intelligence) yang sanggup bereaksi terhadap sentuhan dan suara. Bahkan bisa menolak bercinta, jika tidak diperlakukan dengan baik.
Edannya, Lee Wright menyatakan bahwa sang istri selalu mendukung semua hobinya. Termasuk hal nyeleneh untuk begituan dengan Samantha.
"Saya tidak khawatir Samantha bakal menggantikan kedudukan saya sebagai istri. Ia hanyalah salah satu dari anggota keluarga kami," begitu kata istri Lee Wright kepada News.au.com.
Tentu saja, pengakuan si bapak dua anak itu mengundang reaksi banyak anggota masyarakat. Termasuk kaum akademisi.
Lee Wright tak pelak disebut sebagai ayah yang aneh sekaligus "tidak pada tempatnya". Mereka mengatakan bahwa robot begituan bisa merusak pola pikir anak-anak. Termasuk hal-hal berbau por-on.
"Anak-anak bakal meniru si mesin jika dibesarkan oleh robot. Contohnya, seorang anak perempuan dalam pertumbuhannya mungkin berpikir bahwa hal ini terjadi karena ibunya tidak cukup cantik. Lalu apakah ia juga tidak cantik? Sedangkan anak-anak lelaki akan belajar bahwa perempuan hanyalah alat. Kemudian mereka akan menggunakan robot sebagai cara untuk berinteraksi secara intim dengan orang lain. Hal ini tentu merusak," papar Dr Kathleen Richardson, profesor etika dan budaya robot di De Montfort University.
Meski perusahan robot begituan memberikan pernyataan bahwa robot perempuan pemberi cinta ini ditujukan bagi orang cacat atau kesepian, namun stigma "aneh" pada pengguna robot begituan sangat melekat.
Baca Juga: Didekati Partai, Mandra Tolak Jadi Caleg
Sebuah penelitian baru-baru ini menyatakan bahwa penggunaan robot begituan bisa menyebarkan infeksi organ reproduksi, memperburuk impotensi dan menormalkan "penyimpangan begituan".
Entah apa yang ada di pikiran Lee Wright dalam hal ini, bila ia memberikan dalih kebebasan dan pengenalan robot usia dini kepada anak-anaknya. Mengapa mesti urusan por-on dan begituan yang dikedepankan?
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan
-
Fenomena Sadfishing di Media Sosial, Bagaimana Cara Mengatasinya?