Suara.com - Hasil Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas 2018 menyebutkan bahwa 93 persen anak usia dini, yakni dalam rentang usia 5-6 tahun, mengalami gigi berlubang. Ini berarti hanya tujuh persen anak di Indonesia yang bebas dari masalah karies gigi.
Disampaikan Prof. drg. Anton Raharjo dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, hasil Riskesdas 2018 ini juga menunjukkan bahwa rata-rata anak-anak usia 5-6 tahun mengalami lubang pada delapan giginya. Hal ini menurutnya bisa memengaruhi status gizi anak karena gigi berlubang membuat anak menolak untuk makan.
"Kalau anak banyak sakit gigi, dia akan menolak makan. Itu diduga ada pengaruhnya ke gizi. Anak jadi kurus dan nutrisi yang dibutuhkan tidak mencukupi secara maksimal," ujar Prof. Anton dalam pemaparan Hasil Riskesdas 2018 di Jakarta, Jumat (2/11/2018).
Ia menambahkan, penyebab gigi berlubang pada 93 persen anak Indonesia bisa dipicu berbagai hal mulai dari pemberian susu sembari tidur, pemberian makanan dan minuman tinggi gula, hingga kurangnya kesadaran orangtua untuk mengajarkan anaknya menyikat gigi.
"Anak-anak kan suka makanan manis, jadi bisa memicu karies. Atau kebiasaan nyusu sambil tidur sehingga gigi atau rongga mulut anak tidak dibersihkan dan membuat bakteri berkumpul, atau bisa juga karena nggak bisa beli susu sehingga beli teh manis itu juga memengaruhi ke gigi anak," tambah dia.
Gigi susu yang karies ini, pada akhirnya bisa memengaruhi kondisi gigi anak saat dewasa. Itu sebabnya, Prof. Anton berharap dengan temuan Riskesdas ini bisa mendorong program-program edukasi pada anak usia dini agar menyadari pentingnya menjaga kesehatan gigi dan rongga mulut.
"Mungkin ke depan, di PAUD anak-anak sudah diajarkan untuk menyikat gigi. Diajari bagaimana menyikat gigi yang benar, kenapa harus pakai pasta gigi karena flouride juga penting untuk mempertahankan gigi dari asam yang bisa merusak gigi," tambah dia.
Sementara untuk perilaku menyikat gigi yang benar, hasil Riskesdas 2018 menyebut bahwa baru 2,8 persen penduduk Indonesia yang sudah menyikat gigi dua kali sehari, yakni pagi dan malam secara benar. Hal ini menunjukkan bahwa edukasi seputar menyikat gigi harus dimulai sejak dini karena akan menjadi kebiasaan hingga dewasa.
Baca Juga: Tes CPNS Buang-buang Anggaran, Walkot Solo: Negara Nggak Niat
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis