Suara.com - Riset kesehatan dasar atau Riskesdas 2018 menunjukkan angka stunting terbaru yang mencapai 30,8 persen. Angka ini mengalami penurunan dari Riskesdas 2013 yang mencapai 37,2 persen. Meski menurun, angka tersebut masih terbilang tinggi.
Hal ini cukup mengkhawatirkan, mengingat Indonesia terkenal dengan alamnya yang subur, di mana berbagai protein nabati pencegah stunting sangat mudah didapat di Indonesia. Salah satunya adalah kacang hijau. Disampaikan Lamita Somali, ahli gizi dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia, Indonesia terbilang masih rendah dalam sisi konsumsi kacang hijau, meskipun tanaman ini kaya akan protein yang dapat mencegah stunting.
"Kacang hijau merupakan salah satu sumber protein nabati yang paling baik. Berdasarkan data US Departement of Agriculture, dalam 100 gram kacang hijau terdapat 23 gram protein," ujar Lamita dalam temu media di Jakarta, Rabu (7/11/2018).
Angka ini, kata Lamita, termasuk cukup tinggi bila dibandingkan dengan bahan makanan pokok lainnya seperti beras yang memiliki kandungan protein 7,6 gram, jagung 9,8 gram, dan gandum 7,3 gram. Selain kandungan protein yang tinggi, kacang hijau juga memiliki kandungan serat tinggi sebesar 16,6 gram dalam setiap 100 gramnya, serta kandungan vitamin dan mineral yang lengkap.
"Dengan kandungan dan nilai gizi yang tinggi, kacang hijau bisa menjadi sebagai salah satu sumber utama bahan makanan yang bermanfaat bagi kesehatan dan dapat mencegah terjadinya stunting," tambah dia.
Di satu sisi, kacang hijau sedang mengalami tren penurunan produksi. Menurut Managing Director EWINDO Glenn Pardede, banyak faktor yang menyebabkan rendahnya produksi kacang hijau di Indonesia saat ini, di antaranya adalah sekitar 54 persen petani masih menggunakan kacang hijau konsumsi dari pasar tradisional sebagai benih untuk ditanam.
"Sementara sejumlah petani lainnya membeli benih untuk ditanam dari toko pertanian, namun benih tersebut juga adalah kacang hijau untuk konsumsi. Sedikit sekali toko pertanian yang menjual benih unggul bersertifikat," tambah Glenn.
Untuk mendongkrak konsumsi kacang hijau yang masih rendah di Indonesia, terutama untuk pemenuhan gizi di masyarakat, Ewindo meluncurkan benih kacang hijau berkualitas varietas VIMA 1. Varietas teranyar ini, kata Glenn, merupakan hasil seleksi dari Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (BALITKABI).
Varietas VIMA 1 memiliki keunggulan di antaranya cepat berbuah, panen serempak, dan potensi hasil yang tinggi mencapai 1,76 ton per hektar. Di samping itu, varietas ini juga memiliki ketahanan terhadap penyakit embun tepung yang pada umumnya merugikan petani di masa tanamnya.
"Hal ini pun sejalan dengan program pemerintah yang tengah menggalakkan program nasional mengurangi tingginya angka stunting sebagai bagian dari pembangunan sumber daya manusia ke depannya," tandas Glenn.
Baca Juga: KPK Periksa Taufik Kurniawan untuk Saksi PT Tradha
Berita Terkait
Terpopuler
- Feri Amsari Singgung Pendidikan Gibran di Australia: Ijazah atau Cuma Sertifikat Bimbel?
- 7 Mobil Kecil Matic Murah untuk Keluarga Baru, Irit dan Perawatan Mudah
- Gugat Cerai Hamish Daud? 6 Fakta Mengejutkan di Kabar Perceraian Raisa
- 21 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 22 Oktober 2025, Dapatkan 1.500 Gems dan Player 110-113 Sekarang
- Pria Protes Beli Mie Instan Sekardus Tak Ada Bumbu Cabai, Respons Indomie Bikin Ngakak!
Pilihan
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
Terkini
-
Vitamin C dan Kolagen: Duo Ampuh untuk Kulit Elastis dan Imunitas Optimal
-
Smart Hospital, Indonesia Mulai Produksi Tempat Tidur Rumah Sakit yang Bisa 'Baca' Kondisi Pasien
-
Tren Minuman Bernutrisi: Dari Jamu ke Collagen Drink, Inovasi Kesehatan yang Jadi Gaya Hidup Baru
-
Perawatan Komprehensif untuk Thalasemia: Dari Transfusi hingga Dukungan Psikologis
-
Indonesia Kaya Tanaman Herbal, Kenapa Produksi Obat Alami Dalam Negeri Lambat?
-
Supaya Anak Peduli Lingkungan, Begini Cara Bangun Karakter Bijak Plastik Sejak Dini
-
Kemendagri Dorong Penurunan Angka Kematian Ibu Lewat Penguatan Peran TP PKK di Daerah
-
Gaya Hidup Modern Bikin Diabetes di Usia Muda Meningkat? Ini Kata Dokter
-
Saat Kesehatan Mata Jadi Tantangan Baru, Ini Pentingnya Vision Care Terjangkau dan Berkelanjutan
-
Bikin Anak Jadi Percaya Diri: Pentingnya Ruang Eksplorasi di Era Digital