Suara.com - Buang air besar (BAB) sembarangan memiliki dampak langsung bagi tumbuh kembang balita. Pakar mengatakan, balita stunting juga bisa disebabkan oleh kebiasaan BAB sembarangan.
Disampaikan Dr. Imran Agus Nurali, Direktur Kesehatan Lingkungan Kemenkes RI, stunting tak hanya dipicu oleh asupan gizi yang kurang mencukupi. Sanitasi yang baik seperti stop BAB sembarangan, cuci tangan pakai sabun, dan pengelolaan air untuk minum dan makan juga memegang peranan penting dalam pencegahan stunting.
Ia menjelaskan sanitasi yang buruk dapat memicu kerusakan dinding usus akibat paparan bakteri. Akibatnya hal ini turut mengganggu penyerapan zat gizi makanan. Hal ini berdampak pada gangguan tumbuh kembang pada bayi dan balita, sehingga berakibat stunting.
"Itu sebabnya akses terhadap sanitasi yang baik berkontribusi dalam penurunan stunting sebesar 27 persen," ujar Imran dalam temu media di Kementerian Kesehatan, Kamis (18/10/2018).
Berdasarkan data Riskesdas 2013, prevalensi stunting di Indonesia mencapai 37,2 persen. Hal ini menurut Imran tidak hanya akibat gizi buruk, stunting juga merupakan dampak dari sanitasi buruk.
"Sebelumnya stunting hanya dikaitkan karena kurang gizi, tapi hasil survei kita, sanitasi yang jelek juga berpengaruh pada stunting. Bukan sekadar diare yang bisa diobati sembuh, kalau stunting kan efeknya jangka panjang. Kondisi ini bisa memengaruhi kualitas anak bangsa Indonesia ke depannya," tambah dia.
Imran menambahkan, hingga hari ini baru 76,71 persen atau sekitar 70 juta rumah tangga yang mendapatkan akses sanitasi yang baik. Bahkan data e-monev STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) terbaru menyatakan, baru 1 provinsi di Indonesia yang dinyatakan 100 persen bebas dari perilaku BAB sembarangan, yakni provinsi Yogyakarta.
Sementara untuk tingkat kabupaten/kota, hanya 23 dari 500-an kabupaten/kota di Indonesia. Sukoharjo, Karanganyar, Kabupaten Semarang, Kota Semarang, Wonogiri, Boyolali, Grobogan, Ngawi, Pacitan, Madiun, Magetan, Pare-pare, Banda Aceh, Gunung Kidul, Bantul, Sleman, Yogyakarta, Sumbawa Barat, Alor, Kupang, Lamongan, Kulonprogo, dan Pringsewu merupakan kabupaten/kota yang bebas 100 persen dari BAB sembarangan.
"Saya berharap pemberian penghargaan terhadap daerah yang sudah bebas 100 persen dari perilaku buang air besar sembarangan bisa memicu daerah lainnya untuk menuntaskan persoalan ini," tutupnya.
Baca Juga: Menkes Genjot Program 5 Pilar Demi Stop BAB Sembarangan
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
6 Mobil Bekas Paling Cocok untuk Wanita: Lincah, Irit, dan Punya Bagasi Cukup
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
-
Pabrik Toba Pulp Lestari Tutup Operasional dan Reaksi Keras Luhut Binsar Pandjaitan
-
Kuota Pemasangan PLTS Atap 2026 Dibuka, Ini Ketentuan yang Harus Diketahui!
Terkini
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan
-
Fenomena Sadfishing di Media Sosial, Bagaimana Cara Mengatasinya?
-
5 Kesalahan Umum Saat Memilih Lagu untuk Anak (dan Cara Benarnya)
-
Heartology Cetak Sejarah: Operasi Jantung Kompleks Tanpa Belah Dada Pertama di Indonesia