Suara.com - Tsunami Banten yang terjadi pada Sabtu (22/12/2018) lalu memang meluluhlantakkan beberapa desa di wilayah Pandeglang, Banten. Dari data sementara BNPB saat ini, setidaknya ada 429 orang meninggal dunia akibat tsunami Selat Sunda. Sebanyak 1.485 orang mengalami luka-luka, 154 orang hilang, dan 16.802 orang mengungsi di sejumlah daerah.
Prof. DR. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD(K), Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia membeberkan temuan dan laporan dari para dokter yang bertugas di Banten, bahwasanya ada 3 penyakit utama yang ditemukan di lokasi pengungsian korban tsunami,
"Ada tiga, yaitu diare, infeksi saluran nafas atas (ISPA) dan gangguan kulit berupa keluhan gatal-gatal," jelasnya kepada Suara.com Sabtu (29/12/2018)
Permasalahan lain adalah kondisi Mandi Cuci Kakus (MCK) yang kurang memadai dan belum lagi kebersihan lokasi pengungsian yang kurang diperhatikan.
Dokter Ari berharap agar kondisi tempat pengungsian dibuat senyaman mungkin. Tersedia alas tidur yang memadai dan juga selimut agar tubuh para pengungsi terutama orang tua dan anak-anak tetap terlindungi terutama dari angin malam.
"Saat ini laporan dari beberapa lokasi terdapat keterbatasan selimut dan baju dingin. Bantuan harus difokuskan untuk penyediaan baju dingin dan selimut untuk para pengungsi. Lalu wajib tersedianya tempat-tempat sampah disekitar lokasi pengungsian,"
Sarana MCK pastinya menjadi hal yang wajib dibutuhkan pengungsi, juga tersedianya sabun dan peralatan mandi lainnya. Untuk para pengungsi khususnya anak-anak dan orang tua dokter Ari beri tips untuk menjaga kesehatan.
"Beberapa upaya yang harus dilakukan adalah harus dipastikan bahwa para pengungsi harus mendapat makanan dan minuman yang cukup selama berada di pengungsian. Persedian air bersih untuk minum harus mencukupi. Menciptakan dapur-dapur umum yang tersedia, dan tentunya selalu mendapat suplai bahan makanan dan air bersih yang memadai untuk masak dan minum," lanjut dokter Ari.
"Suplemen itu sangat dibutuhkan di sana, multivitamin, mengingat keterbatasan makanan dan minuman dengan zat gizi yang lengkap yang bisa dikonsumsi sehari-hari. Perlu stok obat-obat sederhana, obat penurun panas, obat anti diare, obat sakit kepala dan oralit. Bagi anak-anak perlu upaya untuk melakukan trauma healing dengan pengadaan buku-buku bacaan, mainan anak-anak dan kelompok-kelompok bermain untuk anak-anak dan mencegah anak-anak bermain diluar di bekas bencana yang masih berantakan," pungkasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Siapa Zamroni Aziz? Kepala Kanwil Kemenag NTB, Viral Lempar Gagang Mikrofon Saat Lantik Pejabat!
- Terpopuler: Geger Data Australia Soal Pendidikan Gibran hingga Lowongan Kerja Freeport
- Prompt Gemini AI untuk Edit Foto Masa Kecil Bareng Pacar, Hasil Realistis dan Lucu
- 10 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 21 September 2025, Kesempatan Klaim Pemain OVR 110-111
- Bali United: 1 Kemenangan, 2 Kekalahan, Johnny Jansen Dipecat?
Pilihan
-
Petaka Arsenal! Noni Madueke Absen Dua Bulan Akibat Cedera Lutut
-
Ngamuk dan Aniaya Pemotor, Ini Rekam Jejak Bek PSM Makassar Victor Luiz
-
Menkeu Bakal Temui Pengusaha Rokok Bahas Cukai, Saham-saham 'Tembakau' Terbang
-
Jurus Menkeu 'Koboi' Bikin Pasar Cemas Sekaligus Sumringah
-
IHSG Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah, Saham-saham Rokok Jadi Pendorong
Terkini
-
Benarkah Diet Keto Berisiko untuk Kesehatan? Ini Jawaban Ahli
-
Tren Mengkhawatirkan! Mengapa Kasus Kanker pada Anak Muda Meningkat?
-
Gaya Hidup Higienis: Kebiasaan Kecil yang Berdampak Besar bagi Tubuh
-
Mengenal Penyakit Lyme yang Diderita Bella Hadid: Bagaimana Perawatannya?
-
Terapi Imunologi Sel: Inovasi Perawatan Kesehatan untuk Berbagai Penyakit Kronis
-
72% Sikat Gigi Dua Kali Sehari, Kok Gigi Orang Indonesia Masih Bermasalah? Ini Kata Dokter!
-
Padel Court Pertama Hadir di Dalam Mal, Bawa Olahraga Jadi Makin Fun!
-
Nyaris Setengah Anak Indonesia Kekurangan Air Minum: Dampaknya ke Fokus dan Belajar
-
Event Lari Paling Seru! 8.500 Pelari Pulang Happy dengan Goodie Bag Eksklusif
-
Manfaat Donor Darah Kurang Maksimal Tanpa Peralatan Pendukung Terbaik