Suara.com - Studi: Bahan Kimia Pada Kutek Bikin Karyawan Salon Kuku Berisiko Kanker
Sebuah studi baru menemukan bahwa pekerja di salon kuku, khususnya mereka terpapar langsung dengan kutek dan nail polish untuk membuat art nail, rentan terkena kanker.
Hal ini dikarenakan bahan kimia yang digunakan merupakan bahan karsinogenik.
Berdasarkan laporan Forbes terhadap jurnal Environmental Pollution, studi ini menjadi yang pertama dalam menemukan efek hubungan bahan kimia dengan kesehatan pekerja salon kuku.
Para peneliti di University of Colorado meneliti kadar bahan kimia yang dikenal sebagai senyawa organik volatil (VOC), yang biasanya ditemukan dalam produk cat kuku. Bahan kimia itu masuk dalam formaldehida, bahan pengawet spesimen organik yang umum dikenal sebagai karsinogen.
Penulis utama penelitian, Lupita Montoya yang juga seorang Research Associate di University of Colorado, Boulder’s Department of Civil, Environmental and Architectural Engineering, mencatat, studi ini memberikan beberapa bukti bahwa lingkungan salon kuku berbahaya bagi pekerja, sehingga perlu kebijakan yang berpihak untuk melindungi pekerja.
Menurut Montoya, karena lebih dari 90% salon kuku adalah bisnis kecil, maka jarang sekali pemilik salon yang menegakkan praktik kesehatan dan keselamatan bagi staf mereka. Pemilik salon juga banyak yang menolak pekerjanya terlibat dalam penelitian ini.
Pada 2017, Montoya dan timnya mampu meyakinkan enam salon di Colorado untuk berpartisipasi dalam penelitian, dengan syarat tidak mencantumkan identitas.
Dalam studi tersebut, peneliti menemukan bahwa udara di dalam salon mengandung formaldehida dan senyawa beracun lain seperti Benzena. Benzena sering sebelumnya dikaitkan dengan kanker darah, adalah salah satu bahan kimia yang berpotensi memicu bahaya.
Baca Juga: Keringkan Cat Kuku Pakai Cara Kreatif Saat Madikur di Rumah
Para ilmuwan kemudian menjelaskan dampak peningkatan paparan benzena dan formaldehida selama 20 tahun pada risiko pekerja dan bagaimana berkembangnnya terhadap jenis kanker tertentu.
Risiko kanker ditentukan berdasarkan ambang batas yang ditetapkan oleh Badan Perlindungan Lingkungan AS (EPA) dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit.
Berdasarkan proyeksi mereka, risiko terkena kanker paru-paru, kanker kepala dan serviks, dan limfoma Hodgkin di semua pekerja meningkat hingga 100 kali setelah 20 tahun terpapar bahan kimia tersebut.
Para ilmuwan memperingatkan, paparan yang terlalu lama memiliki efek yang mirip dengan bekerja di kilang minyak atau garasi yang berisiko terkena kanker lambung, kerongkongan, dan paru-paru karena paparan asbes.
Namun, para peneliti telah mencatat bahwa ini tidak menimbulkan bahaya bagi pelanggan.
"Itu tergantung pada berapa banyak waktu yang dihabiskan seseorang berada di lingkungan yang terpapar bahan-bahan kimia tersebut. Berbeda dengan pekerja, pelanggan hanya beberapa waktu saja berada di lingkungan berbahan kimia berbahaya, sedang pekerja berjam-jam dalam sehari. Tidak mengkhawatirkan bagi pelanggan kecuali mereka memiliki alergi tertentu,” jelas Motonya seperti dilansir Nextshark, Rabu (15/5/2019).
Berita Terkait
Terpopuler
- Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
- 5 Rekomendasi Bedak Two Way Cake untuk Kondangan, Tahan Lama Seharian
- 5 Rangkaian Skincare Murah untuk Ibu Rumah Tangga Atasi Flek Hitam, Mulai Rp8 Ribuan
- 5 Rekomendasi Sepatu Lari Selain Asics Nimbus untuk Daily Trainer yang Empuk
- 5 Powder Foundation Paling Bagus untuk Pekerja, Tak Perlu Bolak-balik Touch Up
Pilihan
-
10 City Car Bekas untuk Mengatasi Selap-Selip di Kemacetan bagi Pengguna Berbudget Rp70 Juta
-
PSSI Butuh Uang Rp 500 Miliar Tiap Tahun, Dari Mana Sumber Duitnya?
-
Vinfast Limo Green Sudah Bisa Dipesan di GJAW 2025, Ini Harganya
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
Terkini
-
Jennifer Coppen Ungkap Tantangan Rawat Kulit Sensitif Anaknya, Kini Lebih Selektif Pilih Skincare
-
Titiek Soeharto Klaim Ikan Laut Tidak Tercemar, Benarkah Demikian?
-
Bukan Cuma Kabut Asap, Kini Hujan di Jakarta Juga Bawa 'Racun' Mikroplastik
-
Terobosan Regeneratif Indonesia: Di Balik Sukses Prof. Deby Vinski Pimpin KTT Stem Cell Dunia 2025
-
Peran Sentral Psikolog Klinis di Tengah Meningkatnya Tantangan Kesehatan Mental di Indonesia
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru