Suara.com - Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Trends in Immunology mengungkapkan waktu memengaruhi tingkat keparahan suatu penyakit, mulai dari alergi hingga serangan jantung.
Dilansir dari thehealthsite, para peneliti memperingatkan bahwa serangan jantung yang terjadi di pagi hari cenderung lebih parah dibanding yang terjadi di malam hari.
Penelitian tersebut membahas bagaimana waktu dalam sehari berpengaruh terhadap rasa sakit. Sebagai contoh, penelitian menunjukkan bahwa respons imun adaptif, di mana sel patogen penangkal yang sangat terspesialisasi berkembang selama beberapa minggu dan berada dalam kendali sirkadian.
Para ahli meneliti tikus dan melihat hubungan antara ritme sirkadian dan respons imun. "Ini Mencolok dan harus memiliki relevansi untuk aplikasi klinis dari transplantasi ke vaksinasi," ujar penulit senior studi Christoph Scheiermann, Profesor di University of Geneva di Swiss.
Menurut peneliti, pada manusia dan tikus, jumlah sel darah putih berosilasi secara sirkadian. Hingga pertanyaan pun muncul apakah suatu hari mungkin untuk mengoptimalkan respons imun melalui kesadaran dan pemanfaatan jam sirkadian.
Dalam penelitian ini, para ahli juga membandingkan ritme waktu sel kekebalan tubuh dalam kondisi normal, rentan peradangan, dan penyakit.
"Menelaah ritme sirkadian dalam imunitas bawaan dan adaptif adalah alat yang bagus untuk memahami interaksi fisiologis dan suksesi yang bergantung pada waktu dari peristiwa dalam menghasilan respons imun," imbuh Scheiermann.
Sementara itu dilansir dari WebMD, dalam sebuah penelitian yang dilaporkan di jurnal Heart, serangan jantung antara pukul 06.00 pagi dan tengah hari dikaitkan dengan kerusakan terbanyak.
Para peneliti pun meninjau data lebih dari 800 pasien serangan jantung yang dirawat di rumah sakit jantung di Madrid, Spanyol antara 2003 dan 2009. Serangan jantung yang terjadi di pagi hari dikaitkan dengan 20 persen lebih banyak jaringan jantung yang mati.
Baca Juga: Toilet Pintar Ini Bisa Deteksi Penyakit Gagal Jantung
Peneliti studi Borja Ibanez, MD, PhD yang juga merupakan peneliti senior untuk untuk Pusat Nasional Penelitian Kardiovaskular Spanyol dan seorang ahli jantung di Madrid’s Hospital Clinico San Carlos, mengatakan kepada WebMD, studi ini menghubungkan fluktuasi sirkadian dengan tingkat keparahan serangan jantung pada manusia. Jika dikonfirmasi, temuan ini dapat memegaruhi pengobatan dan penelitian.
Para pasien yang termasuk dalam penelitian ini semuanya mengalami serangan jantung akibat penyumbatan di arteri.
Kerusakan otot jantung dihitung dengan memeriksa konsentrasi puncak creatine kinase (CK) dan troponin-I (TnI), enzim kunci yang dilepaskan sebagai respons terhadap cedera otot.
Selain itu, waktu serangan jantung juga dibagi menjadi empat periode, yaitu setiap 6 jam dalam 24 jam.
Hasilnya, jumlah terbesar serangan jantung pada pagi hari, yaitu dengan 269 pasien membutuhkan perawatan antara pukul 06.00 pagi hingga siang hari. Serangan jantung paling sedikit terjadi antara tengah malam dan jam 06.00 pagi dengan 141 pasien yang membutuhkan perawatan.
Pasien yang serangan jantungnya terjadi antara jam 06.00 pagi dan siang hari memiliki kadar CK dan TnI 21% lebih tinggi daripada pasien yang mengalami serangan jantungnya antara tengah malam hingga pukul 06.00 pagi.
Tag
Berita Terkait
-
Studi Banding Hemat Ala Konten Kreator: Wawancara DPR Jepang Bongkar Budaya Mundur Pejabat
-
Riset: Orang Indonesia Dengar Podcast 2-3 Kali Seminggu, Durasi hingga 1 Jam
-
Teknologi Penangkap dan Penyimpan Karbon Bakal Dipasang di PLTU Sumut, Studi Kelayakan Disusun
-
Jorge Costa, Eri Irianto dan 4 Pemain yang Meninggal Akibat Serangan Jantung
-
Innalillahi! Cristiano Ronaldo Bagikan Kabar Duka Cita
Terpopuler
- Pecah Bisu Setelah Satu Dekade, Ayu Ting Ting Bongkar Hubungannya dengan Enji Baskoro
- Profil dan Rekam Jejak Alimin Ribut Sujono, Pernah Vonis Mati Sambo dan Kini Gagal Jadi Hakim Agung
- Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
- Ditunjuk Prabowo Reformasi Polri: Sosok Ahmad Dofiri Jenderal Rp7 Miliar Berani Pecat Ferdy Sambo!
- Sosok Kompol Anggraini, Polwan Diduga Jadi 'Badai' di Karier Irjen Krishna Murti, Siapa Dia?
Pilihan
-
5 Rekomendasi HP 1 Jutaan Memori 256 GB Terbaru September 2025
-
Perbandingan Spesifikasi Redmi 15C vs POCO C85, Seberapa Mirip HP 1 Jutaan Ini?
-
Rapor Pemain Buangan Manchester United: Hojlund Cetak Gol, Rashford Brace, Onana Asisst
-
Kata Media Prancis Soal Debut Calvin Verdonk: Agresivitas Berbuah Kartu
-
3 Catatan Menarik Liverpool Tumbangkan Everton: Start Sempurna The Reds
Terkini
-
Manfaat Donor Darah Kurang Maksimal Tanpa Peralatan Pendukung Terbaik
-
Awas, Penyakit Jantung Koroner Kini Mulai Serang Usia 19 Tahun!
-
Anak Rentan DBD Sepanjang Tahun! Ini Jurus Ampuh Melindungi Keluarga
-
Main di Luar Lebih Asyik, Taman Bermain Baru Jadi Tempat Favorit Anak dan Keluarga
-
Dari Donor Kadaver hingga Teknologi Robotik, Masa Depan Transplantasi Ginjal di Indonesia
-
Banyak Studi Sebut Paparan BPA Bisa Timbulkan Berbagai Penyakit, Ini Buktinya
-
Rahasia Hidup Sehat di Era Digital: Intip Inovasi Medis yang Bikin Umur Makin Panjang
-
Pentingnya Cek Gula Darah Mandiri: Ini Merek Terbaik yang Banyak Dipilih!
-
Prestasi Internasional Siloam Hospitals: Masuk Peringkat Perusahaan Paling Tepercaya Dunia 2025
-
Anak Bentol Setelah Makan Telur? Awas Alergi! Kenali Gejala dan Perbedaan Alergi Makanan