Suara.com - Deep Brain Stimulation Penanganan Terkini Penyakit Parkinson
Penyakit Parkinson merupakan gangguan sistem saraf pusat yang mempengaruhi keluwesan gerak seseorang. Kondisi ini terjadi ketika sel-sel saraf otak tidak lagi menghasilkan zat kimia di otak yang bernama dopamin. Gejala yang paling sering dijumpai dari penyakit ini antara lain tremor pada saat beristirahat di satu sisi badan, kesulitan memulai pergerakan, dan kekakuan otot.
Disampaikan dr. Frandy Susatia, Sp.S, dokter spesialis saraf dari Parkinson’s & Movement Disorder Center Siloam Hospitals Kebon Jeruk, tremor merupakan gerakan gemetar yang terjadi berulang kali dan tidak terkontrol pada satu atau lebih anggota tubuh.
"Jenis tremor sangat beragam, salah satunya adalah essential tremor (ET) yang terjadi ketika anggota tubuh sedang bergerak (misalnya saat makan, minum, atau menulis) dan berkurang jika tubuh beristirahat. ET adalah kebalikan dari tremor pada parkinson yang terjadi ketika anggota tubuh sedang beristirahat dan berkurang saat tubuh sedang bergerak," jelas ujar dr Frandy, dalam temu media di SHKJ, Jumat (28/6/2019).
Pengobatan parkinson, kata dr Frandy dilakukan untuk meringankan gejala dan memperbaiki kualitas hidup penderita. Langkah pertama dilakukan dengan pemberian obat oral. Ia mengatakan, dokter biasanya akan menberikan tiga obat yang berbeda sebelum menemukan obat yang bekerja paling baik di tubuh pasien.
"Jika obat oral gagal, solusi lainnya adalah menyuntikkan botulinum toxin (botox) ke dalam otot. Suntikan botox biasanya efektif pada pasien dengan tremor kepala dan suara,” tambah dr. Frandy.
Dalam kesempatan yang sama, Dr. dr. Made Agus Mahendra Inggas, Sp.BS, dari Parkinson’s & Movement Disorder Center Siloam Hospitals Kebon Jeruk, mengatakan jika obat-obatan sudah tidak efektif, maka perlu dilakukan tindakan operasi stimulasi otak dalam atau Deep Brain Stimulation (DBS). Operasi DBS sendiri merupakan standar baku tindakan operasi yang telah diakui oleh Food Drug Administration Amerika Serikat untuk pengobatan essential tremor (ET), penyakit parkinson (PD), dystonia, dan sindrom Tourette.
”Setelah pemberian obat jangka panjang, maka obat dapat menjadi kurang efektif dan mempunyai efek samping. Operasi DBS memungkinkan sel dopamin dapat dirangsang untuk memproduksi dopamin dan bekerja optimal kembali sehingga gejala penyakit parkinson’s dapat diatasi dan dosis obat berkurang,” imbuh dr Made.
DBS kata dr Made merupakan operasi untuk mengatasi tremor, kaku, dan gerak yang lambat. Teknik operasi ini dilakukan melalui penanaman elektroda atau chip pada area tertentu di otak bagian dalam. Elektroda atau chip tersebut dihubungkan dengan kabel ke baterai yang diletakkan di dalam dada sebagai sumber arus listrik. Prosedur operasi yang dilakukan dalam dua tahap ini tergolong aman dan memiliki tingkat kesuksesan yang tinggi.
Baca Juga: Secangkir Kopi Dark Roast Ampuh Cegah Demensia dan Parkinson
"Pada tahap pertama, pasien akan menerima anestesi lokal dan dibiarkan dalam keadaan sadar. Kabel yang tipis dan kecil akan ditanamkan di area tertentu di dalam otak pada tahap ini," imbuhnya.
Tahap kedua adalah anestesi umum yang dilakukan dengan menghubungkan kabel yang ditanam pada tahap pertama ke
baterai seperti pacemaker yang ditanam di daerah dada. Neurostimulator inilah yang nantinya akan diprogram oleh dokter spesialis saraf guna menghilangkan gejala-gejala serta mendapatkan respon gerak pasien yang paling optimal.
"Rata-rata pasien merasakan peningkatan perbaikan motorik sekitar 75-87 persen setelah dioperasi pada keadaan tanpa obat," tandasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- 9 Mobil Bekas dengan Rem Paling Pakem untuk Keamanan Pengguna Harian
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
Pilihan
-
Kuota Pemasangan PLTS Atap 2026 Dibuka, Ini Ketentuan yang Harus Diketahui!
-
Statistik Suram Elkan Baggott Sepanjang 2025, Cuma Main 360 Menit
-
Pengguna PLTS Atap Meningkat 18 Kali Lipat, PLN Buka Kouta Baru untuk 2026
-
Bank Dunia Ingatkan Menkeu Purbaya: Defisit 2027 Nyaris Sentuh Batas Bahaya 3%
-
Jadi Calon Kuat Pelatih Timnas Indonesia, John Herdman Punya Kesamaan Taktik dengan STY
Terkini
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan
-
Fenomena Sadfishing di Media Sosial, Bagaimana Cara Mengatasinya?
-
5 Kesalahan Umum Saat Memilih Lagu untuk Anak (dan Cara Benarnya)
-
Heartology Cetak Sejarah: Operasi Jantung Kompleks Tanpa Belah Dada Pertama di Indonesia
-
Keberlanjutan Makin Krusial dalam Layanan Kesehatan Modern, Mengapa?
-
Indonesia Kini Punya Pusat Bedah Robotik Pertama, Tawarkan Bedah Presisi dan Pemulihan Cepat
-
Pertama di Indonesia, Operasi Ligamen Artifisial untuk Pasien Cedera Lutut