Suara.com - Pneumokokus, bakteri yang dapat menyebabkan pneumonia, diketahui menyebar melalui inhalasi tetesan udara yang mengandung bakteri, misalnya dalam batuk dan bersin.
Penelitian ini adalah penelitian pertama yang menunjukkan penularan bakteri dapat terjadi melalui kontak antara hidung dan tangan setelah terpapar bakteri pneumokokus.
Melansir Science Daily, studi ini menemukan bahwa bakteri dapat menyebar pada tingkat yang sama. Baik dalam keadaan kering atau basah, dan pada tingkat yang sama ketika seseorang mengupil atau bahkan saat menggosok hidung mereka.
Setelah menguji dengan beberapa metode, hasil penelitian menunjukkan tingkat penyebaran bakteri tertinggi berada di antara peserta kelompok yang mengupil (tangan sudah terkontaminasi bakteri).
Lalu diikuti oleh kelompok 'mengirup tangan basah' (juga terkontaminasi bakteri pneumokokus).
"Studi ini adalah pertama yang mengkonfirmasi bahwa bakteri pneumokokus dapat menyebar melalui kontak langsung, bukan hanya melalui pernapasan pada bakteri yang terbawa melalui udara," tutur Profesor Tobias Welte, dari Universitas Hannover, Jerman.
Walte juga mengungkapkan, studi ini seharusnya membuat para dokter mengimbau masyarakat tentang kebersihan tangan dan langkah-langkah untuk mengendalikan infeksi dasar.
Seperti menghindari barang-barang yang sudah terkontaminasi bakteri patogen pernapasan, salah satunya pneumokokus.
"Vaksinasi pneumokokus adalah metode terbaik untuk membatasi penyebaran S. pneumoniae ke sinus dan saluran udara yang lebih rendah, tetapi tingkat vaksinasi masih di bawah 50% untuk mereka yang telah dianjurkan. Untuk meningkatkan ini adalah salah satu tugas utama untuk kebijakan kesehatan."
Baca Juga: Akibat Ulah Pengasuh Jahat, Bayi 8 Hari Kritis karena Derita Pneumonia
Berita Terkait
-
HIV Sudah Bisa Dikendalikan, Stigmanya Belum
-
Misteri Sakit Federico Barba, Sang Pemain Bingung Penyebabnya
-
Napas Anak Terasa Cepat? Jangan Tunda! Ini Langkah Darurat Mengatasi Gejala RSV Menurut Dokter
-
Bukan Cuma Flu Biasa, Virus RSV Bisa Jadi 'Pembunuh' Senyap bagi Bayi Prematur
-
Bukan Cuma Penyakit Orang Tua, Ini 5 'Jurus Sakti' Biar Gak Kena Pneumonia
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 10 Mobil Bekas Rp75 Jutaan yang Serba Bisa untuk Harian, Kerja, dan Perjalanan Jauh
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Jangan Anggap Remeh! Diare dan Nyeri Perut Bisa Jadi Tanda Awal Penyakit Kronis yang Mengancam Jiwa
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Produksi Makanan Siap Santap, Solusi Pangan Bernutrisi saat Darurat Bencana
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat
-
Di Balik Prestasi Atlet, Ada Peran Layanan Kesehatan yang Makin Krusial