Suara.com - Hepatitis atau peradangan hati disebabkan oleh virus hepatitis, perlemakan, parasite (malaria, ameba), alkohol, obat-obatan, dan virus lain (dengue, herpes).
Menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes RI, dr. Wiendra Waworuntu, M.Kes., penularan hepatitis B, C dan D dapat melalui kontak cairan tubuh.
Hal itu termasuki transfusi darah dan organ yang tidak diskrining, penggunaan jarum yang tidak aman, hubungan seksual, serta kontak dengan darah. Sayangnya, kemungkinan penularan dari ibu ke anak bisa dibilang sangat tinggi, sekitar 90% hingga 95%.
Hasil dari pemeriksaan terhadap 1. 643.204 ibu hamil di 34 provinsi oleh Sistem Informasi Hepatitis dan Penyakit Infeksi Saluran Pencernaan (SIHEPI) untuk 2018-2019 menunjukkan, sebanyak 30.965 ibu hamil dinyatakan reaktif atau terinfeksi virus hepatitis B.
Sementara sebanyak 15.747 bayi baru lahir dari ibu reaktif hepatitis B telah diberikan vaksin Imunoglobulin Hepatitis B (HBIg). Tujuannya adalah memberi perlindungan agar terhindar dari penyakit yang ditularkan sang ibu.
Salah satu cara untuk merawat ibu hamil yang terinfeksi virus hepatitis B (HBV) selama kehamilan adalah terapi antivirus pada trimester ketiga.
Berdasarkan laporan Medscape, metode itu dapat mencegah kegagalan imunoprofilaksis. Ini adalah tindakan pencegahan terjadinya penyakit atau infeksi dengan memproduksi sistem imun.
Ibu hamil yang sudah terinfeksi juga dapat ditangani dengan melakukan tes darah untuk mengetahui tingkat HBV (viral load) di dalam darah, melansir Babycentre UK.
Jika viral load tinggi, kemungkinan sang ibu ditawari pengobatan dengan obat yang disebut tenofovir (Viread) untuk mengurangi risiko menularkan penyakit kepada bayi.
Baca Juga: Bumil Idap Hepatitis B, Bagaimana Caranya Agar Bayi Tak Tertular?
Kemungkinan pengobatan ini akan dimulai pada trimester ketiga. Meski begitu, ini juga tergantung pada viral load sang ibu.
Perawatan harus dilanjutkan selama empat minggu hingga 12 minggu setelah melahirkan.
Apabila viral load lebih rendah, kemungkinan dokter tidak akan menyarankan sang ibu hamil untuk memulai pengobatan saat ini, kecuali jika memiliki penyakit hati.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pecah Bisu Setelah Satu Dekade, Ayu Ting Ting Bongkar Hubungannya dengan Enji Baskoro
- 17 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 20 September: Klaim Pemain 110-111 dan Jutaan Koin
- Nasib Aiptu Rajamuddin Usai Anaknya Pukuli Guru, Diperiksa Propam: Kau Bikin Malu Saya!
- Korban Keracunan MBG di Yogyakarta Nyaris 1000 Anak, Sultan Akhirnya Buka Suara
- Momen Thariq Halilintar Gelagapan Ditanya Deddy Corbuzier soal Bisnis
Pilihan
-
Rapor Dean James: Kunci Kemenangan Go Ahead di Derby Lawan PEC Zwolle
-
Nostalgia 90-an: Kisah Tragis Marco Materazzi yang Nyaris Tenggelam di Everton
-
5 Rekomendasi HP 1 Jutaan Memori 256 GB Terbaru September 2025
-
Perbandingan Spesifikasi Redmi 15C vs POCO C85, Seberapa Mirip HP 1 Jutaan Ini?
-
Rapor Pemain Buangan Manchester United: Hojlund Cetak Gol, Rashford Brace, Onana Asisst
Terkini
-
Event Lari Paling Seru! 8.500 Pelari Pulang Happy dengan Goodie Bag Eksklusif
-
Manfaat Donor Darah Kurang Maksimal Tanpa Peralatan Pendukung Terbaik
-
Awas, Penyakit Jantung Koroner Kini Mulai Serang Usia 19 Tahun!
-
Anak Rentan DBD Sepanjang Tahun! Ini Jurus Ampuh Melindungi Keluarga
-
Main di Luar Lebih Asyik, Taman Bermain Baru Jadi Tempat Favorit Anak dan Keluarga
-
Dari Donor Kadaver hingga Teknologi Robotik, Masa Depan Transplantasi Ginjal di Indonesia
-
Banyak Studi Sebut Paparan BPA Bisa Timbulkan Berbagai Penyakit, Ini Buktinya
-
Rahasia Hidup Sehat di Era Digital: Intip Inovasi Medis yang Bikin Umur Makin Panjang
-
Pentingnya Cek Gula Darah Mandiri: Ini Merek Terbaik yang Banyak Dipilih!
-
Prestasi Internasional Siloam Hospitals: Masuk Peringkat Perusahaan Paling Tepercaya Dunia 2025