Suara.com - Masa sekolah dasar semestinya menjadi momen yang menyenangkan dalam proses pembentukan karakter anak. Namun, perilaku bullying sering kali mencederai indahnya masa kanak-kanak ini.
Baru-baru ini, seorang warganet membagikan cerita tentang tetangganya yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) melalui Twitter. Ia menceritakan bahwa tetangganya yang masih kelas 3 SD itu adalah anak yang pintar.
Tetapi, suatu ketika nilai anak tersebut mendadak anjlok. Anak itu lalu mengatakan bahwa nilainya yang bagus tidak penting karena ia hanya "anak haram".
"Tetanggaku anak kelas 3 SD biasanya dapat ranking tiba-tiba nilainya anjlok. Ditanyain sama psikiater di sekolahnya terus dia jawab, 'Untuk apa nilai saya bagus, keluarga saya juga gak bangga. Saya cuma anak haram, Ustadzah.' 3 SD, cowok, dewasa sebelum waktunya," tulis akun Twitter @xxtanniee.
Ternyata olokan "anak haram" itulah yang memengaruhi pendidikannya di sekolah. Padahal anak tersebut bukan anak haram, melainkan ditinggal oleh ayahnya sejak lahir.
"Dan dia bukan anak haram, dia ditinggal ayahnya sejak lahir yang kabur nggak tahu ke mana. Dulu pas dia kecil, dia pernah dikatain "anak hara" sama saudaranya sendiri. The words you say 5 seconds, will be remembered longer that that. So please use your brain, isn't an accessories," tulisnya lagi.
Saat ini perilaku bullying masih sering terjadi di sekolah maupun lingkungan rumah tanpa disadari. Mirisnya, banyak anak-anak yang masih di bawah umur menjadi korban bahkan pelakunya.
Padahal perilaku bullying ini bisa sangat membekas di pikiran, terlebih jika masih di bawah umur. Melansir dari Master in Psychology Guide, bullying bisa juga berdampak pada psikologis anak dalam jangka panjang maupun pendek.
Depresi dan kecemasan cenderung mengkarakterisasi pandangan emosional mereka. Bahkan bisa meluas ke kehidupan dewasa lalu menjadi masalah kronis dan terkadang berlangsung seumur hidup.
Baca Juga: Maudy Ayunda Ajak Tolak Beauty Bullying
Kondisi inilah yang membuat aktivitasnya makan, tidur, olahraga hingga sekolah bisa terpengaruhi menjadi lebih sulit.
Menurut American Academy of Experts of Traumatic Stress, bullying juga bisa menyebabkan kerusakan emosional abadi. Pastinya hal ini lebih rentan daripada sekadar kerusakan fisik.
"Bullying adalah upaya untuk menanamkan rasa takut dan membenci diri sendiri," kata Dr. Mark Dombeck.
Berita Terkait
Terpopuler
- Ameena Akhirnya Pindah Sekolah Gegara Aurel Hermanyah Dibentak Satpam
- Dana Operasional Gubernur Jabar Rp28,8 Miliar Jadi Sorotan
- Kopi & Matcha: Gaya Hidup Modern dengan Sentuhan Promo Spesial
- Breaking News! Keponakan Prabowo Ajukan Pengunduran Diri Sebagai Anggota DPR RI Gerindra, Ada Apa?
- Prabowo Incar Budi Gunawan Sejak Lama? Analis Ungkap Manuver Politik di Balik Reshuffle Kabinet
Pilihan
-
Foto AI Tak Senonoh Punggawa Timnas Indonesia Bikin Gerah: Fans Kreatif Atau Pelecehan Digital?
-
Derby Manchester Dalam 3 Menit: Sejarah, Drama, dan Persaingan Abadi di Premier League
-
Disamperin Mas Wapres Gibran, Korban Banjir Bali Ngeluh Banyak Drainase Ditutup Bekas Proyek
-
Ratapan Nikita Mirzani Nginep di Hotel Prodeo: Implan Pecah Sampai Saraf Leher Geser
-
Emil Audero Jadi Tembok Kokoh Indonesia, Media Italia Sanjung Setinggi Langit
Terkini
-
Kemenkes Catat 57 Persen Orang Indonesia Sakit Gigi, Tapi Cuek! Ini Dampak Ngerinya Bagi Kesehatan
-
5 Rekomendasi Obat Cacing yang Aman untuk Anak dan Orang Dewasa, Bisa Dibeli di Apotek
-
Sering Diabaikan, Masalah Pembuluh Darah Otak Ternyata Bisa Dideteksi Dini dengan Teknologi DSA
-
Efikasi 100 Persen, Vaksin Kanker Rusia Apakah Aman?
-
Tahapan Skrining BPJS Kesehatan Via Aplikasi dan Online
-
Rusia Luncurkan Vaksin EnteroMix: Mungkinkah Jadi Era Baru Pengobatan Kanker?
-
Skrining BPJS Kesehatan: Panduan Lengkap Deteksi Dini Penyakit di Tahun 2025
-
Surfing Jadi Jalan Perempuan Temukan Keberanian dan Healing di Laut
-
Bayi Rewel Bikin Stres? Rahasia Tidur Nyenyak dengan Aromaterapi Lavender dan Chamomile!
-
Varises Esofagus Bisa Picu BAB dan Muntah Darah Hitam, Ini Penjelasan Dokter Bedah