Suara.com - Orangtua seharusnya memenuhi semua kebutuhan nutrisi anak demi tumbuh kembangnya, tetapi tidak pada pasangan asal Australia ini. Mereka justru memaksa bayinya diet vegan.
Akibatnya, bayi perempuan mereka yang berusia 19 bulan mengalami malnutrisi hingga berat badannya menjadi kurang dari 4,5 kilogram. Bahkan, bayinya tidak memiliki gigi hingga menderita rakhitis.
Sampai akhirnya, bayi tersebut mengalami kejang hingga dirawat di rumah sakit. Berdasarkan laporan tim medis, kondisi bayi tersebut berbibir biru, tangan dan kakinya dingin, serta memiliki gula darah rendah.
Kondisi itu terjadi karena bayi mereka sudah dipaksa menjalani diet vegan sejak pertama lahir hingga usia 19 bulan. Mereka tidak memberi asupan makan yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan bayi tersebut.
Seorang ahli gizi mengatakan bahwa pasangan tersebut telah memberi bayinya semangkuk oat dengan minyak zaitun, susu beras, sayuran, kentang dan tahu setiap harinya. Khusus cemilannya, mereka hanya memberi buah-buahan untuk bayinya.
Oleh karena itu, bayinya mengalami penipisan tulang yang tidak berkembang sejak lahir. Hakim yang menangani kasus ini pun menilai pasangan tersebut sangat "ceroboh" dalam merawat bayinya.
Pasalnya, mereka telah membuat bayinya yang masih tahap perkembangan dalam situasi bahaya atau cedera serius.
Terkait kasus ini, psikiater menilai ibu dari bayi tersebut mengalami depresi pascanatal yang berimbas pada bayinya. Dokter pun berusaha menjelaskan gejala yang menunjukkan bahwa wanita itu mengalami depresi berat.
Dampak dari kejadian tersebut, bayi mereka harus menjalani perawatan medis karena terlihat seperti bayi usia 3 bulan dan tidak memiliki gigi.
Baca Juga: Bahaya Malnutrisi, Bisa Rusak Kualitas SDM dan Ekonomi Indonesia
"Bayi tersebut diberi bantuan makan melalui pipa hidungnya dan saya berpikir betapa mengerikan kondisinya. Saya juga terkejut melihat kondisinya sangat jauh dibandingkan dengan anak-anak seusianya," kata Sarah Nugget, hakim yang menangani kasus ini, dikutip dari Mirror.
Bayi itu berusia 19 bulan tetapi tidak bisa duduk dan berkata apapun. Dia juga tidak bisa makan atau memegang botolnya sendiri.
Sedihnya lagi, ia juga tidak bisa bermain dengan mainannya seperti anak-anak lain seusianya. Bayi tersebut hanya menghabiskan hari-harinya di tempat tidur dan bahkan tidak bisa berguling.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
Pilihan
-
Mengenang Sosok Ustaz Jazir ASP: Inspirasi di Balik Kejayaan Masjid Jogokariyan
-
Gagal di Sea Games 2025, Legenda Timnas Agung Setyabudi Sebut Era Indra Sjafri Telah Berakhir
-
Rupiah Bangkit Perlahan, Dolar AS Mulai Terpojok ke Level Rp16.760
-
2 Profesi Ini Paling Banyak Jadi Korban Penipuan di Industri Keuangan
-
Cek Fakta: Viral Klaim Pigai soal Papua Biarkan Mereka Merdeka, Benarkah?
Terkini
-
Waspada! Pria Alami Sperma Kosong hingga Sulit Punya Buat Hati, Dokter Ungkap Sebabnya
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya