Suara.com - Sejak Agustus 2019, Ria Irawan kembali jatuh sakit dan menjalani pengobatan kanker kelenjar getah bening lagi. Padahal, sebelumnya Ria Irawan sudah dinyatakan membaik dari kanker kelenjar getah bening pada awal 2019.
Dewi Irawan, kakak Ria Irawan pun sering mengunggah fotonya sedang menjalani pengobatan dan memberi tahu perkembangannya melalui Instagram.
Beberapa hari lalu, Dewi Irawan mengunggah foto Ria Irawan sedang mendapat tindakan radioterapi untuk membunuh sel kankernya. Saat itu, Ria mendapat pengobatan dengan metode whole brain teraphy alias radioterapi seluruh otak.
"Pagi ini telah dilakukan dokter untuk Ria saat ini namanya :WBRT "Whole Brain Radioterapi" CT simolator sekalian buat topeng/masker untuk sinar luar ( radiasi luar ), terus mapping titik kordinat, mereka akan melakukan sinar luar hanya untuk mengecilkan sel kankernya di otak," tulis Dewi Irawan di Instagram.
Melansir dari Cancer, whole brain radioteraphy adalah suatu jenis terapi radiasi eksternal yang digunakan untuk mengobati pasien dengan kanker di otak.
Biasanya itu dimanfaatkan untuk mengobati pasien yang kankernya sudah menyebar ke otak atau memiliki satu tumor yang tidak bisa diangkat dengan operasi. Oleh karena itu, pasien membutuhkan terapi radiasi ini selama beberapa minggu.
Radioterapi ini memang sangat umum digunakan untuk mengobati metastasis (penyebaran kanker) ke otak. Metode pengobatan ini berguna untuk mengurangi gejala penggunaan kortikosteroid yang diperlukan untuk mengendalikan edema berhubungan dengan tumor.
Selain itu, metode pengobatan kanker ini juga bisa meningkatkan kelangsungan hidup pasien secara keseluruhan. Meskipun begitu, pengobatan ini memiliki efek samping kognitif.
Sebuah penelitian dilansir dari Medical Express pernah melakukan riset tentang metode pengobatan ini dibandingkan lainnya dalam menangani kanker. Para peneliti fokus pada pengobatan whole brain radiotherapy untuk kanker paru-paru yang sudah menyebar ke otak.
Baca Juga: Ria Irawan Kembali Dirawat Akibat Kanker, Aldi Taher Teringat Ini
Hasilnya, terapi radiasi otak secara keseluruhan ini membantu mengurangi risiko kematian akibat neurologis. Studi menunjukkan bahwa pasien kanker paru-paru yang mendapat terapi radiasi ini menjadi lebih bertahan lama dengan kondisi kanker sudah menyebar ke otak.
Berita Terkait
Terpopuler
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Pemain Keturunan Rp 20,86 Miliar Hubungi Patrick Kluivert, Bersedia Bela Timnas Oktober Nanti
- Ameena Akhirnya Pindah Sekolah Gegara Aurel Hermanyah Dibentak Satpam
- Cara Edit Foto yang Lagi Viral: Ubah Fotomu Jadi Miniatur AI Keren Pakai Gemini
- Ramai Reshuffle Kabinet Prabowo, Anies Baswedan Bikin Heboh Curhat: Gak Kebagian...
Pilihan
-
KPK Bongkar Peringkat Koruptor: Eselon dan DPR Kejar-kejaran, Swasta Nomor Berapa?
-
Dugaan Korupsi BJB Ridwan Kamil: Lisa Mariana Ngaku Terima Duit, Sekalian Buat Modal Pilgub Jakarta?
-
Awas Boncos! 5 Trik Penipuan Online Ini Bikin Dompet Anak Muda Ludes Sekejap
-
Menkeu Purbaya Sebut Mulai Besok Dana Jumbo Rp200 Triliun Masuk ke Enam Bank
-
iPhone di Tangan, Cicilan di Pundak: Kenapa Gen Z Rela Ngutang Demi Gaya?
Terkini
-
5 Rekomendasi Obat Cacing yang Aman untuk Anak dan Orang Dewasa, Bisa Dibeli di Apotek
-
Sering Diabaikan, Masalah Pembuluh Darah Otak Ternyata Bisa Dideteksi Dini dengan Teknologi DSA
-
Efikasi 100 Persen, Vaksin Kanker Rusia Apakah Aman?
-
Tahapan Skrining BPJS Kesehatan Via Aplikasi dan Online
-
Rusia Luncurkan Vaksin EnteroMix: Mungkinkah Jadi Era Baru Pengobatan Kanker?
-
Skrining BPJS Kesehatan: Panduan Lengkap Deteksi Dini Penyakit di Tahun 2025
-
Surfing Jadi Jalan Perempuan Temukan Keberanian dan Healing di Laut
-
Bayi Rewel Bikin Stres? Rahasia Tidur Nyenyak dengan Aromaterapi Lavender dan Chamomile!
-
Varises Esofagus Bisa Picu BAB dan Muntah Darah Hitam, Ini Penjelasan Dokter Bedah
-
Revolusi Kesehatan Dimulai: Indonesia Jadi Pusat Inovasi Digital di Asia!