Suara.com - WHO Serukan Akhiri Praktik Perawatan Kesehatan Buruk Berakibat Kematian
Banyaknya kejadian malpraktek, salah diagnosa, dan salah resep obat membuat pasien yang tadinya ingin berobat untuk sembuh malah menjadi membunuh mereka. Atas tingginya kasus ini, akhirnya WHO menyerukan untuk mengakhiri praktik perawatan kesehatan buruk yang berakibat kematian.
Kegiatan yang digagas Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menyerukan agar tindakan ini segera dihentikan untuk jutaan pasien di seluruh dunia setiap tahun.
Orang yang jatuh sakit pergi ke dokter atau masuk ke rumah sakit dengan harapan mendapat perawatan. Sayangnya dalam banyak kasus, perawatan yang mereka terima justru membunuh mereka.
WHO melaporkan satu dari 10 pasien mengalami hal buruk di negara-negara berpenghasilan tinggi.
Dikatakan, 134 juta pasien di negara berpenghasilan rendah dan menengah dirugikan karena perawatan berbahaya yang menyebabkan 2,6 juta kematian setiap tahunnya. WHO mencatat, sebagian besar kematian itu bisa dihindari.
Neelam Dhingra-Kuram, Koordinator WHO untuk Keselamatan Pasien dan Manajemen Risiko mengatakan, kerugian terjadi terutama karena diagnosa dan resep yang salah, penggunaan obat yang tidak tepat, prosedur pembedahan yang salah dan infeksi yang terkait dengan perawatan kesehatan.
"Tetapi alasan utama kematian adalah di dalam sistem fasilitas perawatan kesehatan tidak terdapat budaya untuk keselamatan pasien. Dan itu berarti, kepemimpinan tidak cukup kuat. Jadi, kurang komunikasi terbuka dan tiadanya sistem untuk belajar dari kesalahan. Maka, kalau ada kesalahan akan terjadi kerugian. Jika kita tidak belajar dari itu, maka benar-benar peluang akan hilang," ujarnya seperti mengutip VOAIndonesia.
Dhingra-Kuram mengatakan, harus dibuat sistem dimana petugas kesehatan didorong untuk melaporkan kesalahan dan tidak takut disalahkan karena melaporkan kesalahan ini.
Baca Juga: WHO : Anak yang Tinggal di Daerah Konflik Rentan Kena Gangguan Mental
Selain kehilangan nyawa yang dapat dihindari, WHO melaporkan kerugian pasien menyebabkan kerugian ekonomi triliunan dolar setiap tahun di dunia. Dikatakan kesalahan dalam pengobatan saja diperkirakan menelan biaya 42 miliar dolar AS atau Rp 591 trliun per tahun.
Berita Terkait
Terpopuler
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
- 5 Sunscreen Terbaik Harga di Bawah Rp30 Ribu agar Wajah Cerah Terlindungi
- 7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
- 24 Kode Redeem FC Mobile 4 November: Segera Klaim Hadiah Parallel Pitches, Gems, dan Emote Eksklusif
Pilihan
-
Comeback Dramatis! Persib Bandung Jungkalkan Selangor FC di Malaysia
-
Bisnis Pizza Hut di Ujung Tanduk, Pemilik 'Pusing' Berat Sampai Berniat Melego Saham!
-
Bos Pajak Cium Manipulasi Ekspor Sawit Senilai Rp45,9 Triliun
-
6 Kasus Sengketa Tanah Paling Menyita Perhatian di Makassar Sepanjang 2025
-
6 HP Memori 128 GB Paling Murah Terbaru 2025 yang Cocok untuk Segala Kebutuhan
Terkini
-
Nggak Sekadar Tinggi Badan, Ini Aspek Penting Tumbuh Kembang Anak
-
Apoteker Kini Jadi Garda Terdepan dalam Perawatan Luka yang Aman dan Profesional
-
3 Skincare Pria Lokal Terbaik 2025: LEOLEO, LUCKYMEN dan ELVICTO Andalan Pria Modern
-
Dont Miss a Beat: Setiap Menit Berharga untuk Menyelamatkan Nyawa Pasien Aritmia dan Stroke
-
Jangan Tunggu Dewasa, Ajak Anak Pahami Aturan Lalu Lintas Sejak Sekarang!
-
Menjaga Kemurnian Air di Rumah, Kunci Hidup Sehat yang Sering Terlupa
-
Timbangan Bukan Segalanya: Rahasia di Balik Tubuh Bugar Tanpa Obsesi Angka
-
Terobosan Baru Atasi Kebutaan: Obat Faricimab Kurangi Suntikan Mata Hingga 75%!
-
5 Pilihan Obat Batu Ginjal Berbahan Herbal, Aman untuk Kesehatan Ginjal dan Ampuh
-
Catat Prestasi, Tiga Tahun Beruntun REJURAN Indonesia Jadi Top Global Distributor