Suara.com - Transplantasi Feses Bisa Redakan Efek Samping Pengobatan Kanker, Benarkah?
Diare, nyeri perut, mual, hingga penurunan berat badan menjadi efek samping yang rutin terjadi pada pasien kanker yang menjalani pengobatan.
Di masa depan, peneliti menyebut transplantasi feses bisa jadi solusi mengatasi masalah-masalah tersebut. Caranya, dengan melakukan transplantasi feses. Duh, apa maksudnya?
Dilansir Daily Mail, transplantasi feses dilakukan untuk mendorong pertumbuhan bakteri baik dan mencegah kerusakan usus saat dilakukannya pengobatan radioterapi pada pasien kanker.
Menurut peneliti, orang dengan kanker panggul, prostat, dan ginekologi lebih rentan mengalami kerusakan usus. Alhasil terjadilah diare, nyeri, mual, penurunan berat badan, dan pendarahan dari lubang anus.
Dalam penelitian itu juga disebutkan efek samping yang dihadapi pasien kanker saat menjalani radioterapi jauh lebih rendah jika bakteri baik dan bakteri buruk dalam usus dalam keadaan seimbang. Sehingga, kerusakan usus bisa lebih dulu diperbaiki sebelum menjalani radioterapi.
Kini, peneliti dari The Institute of Cancer Research London sedang dalam meneliti apakah transplantasi kotoran manusia dapat membantu pasien untuk menjaga keseimbangan bakteri dalam saluran pencernaan.
Tentu saja, transplantasi feses bukan satu-satunya cara memperbaiki keseimbangan bakteri di usus. Alih-alih melakoni transplantasi kotoran manusia, menjadikan pola makan dan diet sehat juga disebut ampuh meningkatkan stok bakteri baik dalam tubuh.
"Kita masih perlu melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengkonfirmasi peran bakteri baik. Tetapi jika kita dapat mengidentifikasi pasien dengan risiko kerusakan usus paling tinggi, kita dapat melakukan intervensi untuk mengendalikan, mengobati, atau bahkan mencegah efek samping radiasi," ujar salah satu peneliti Profesor David Dearnaley.
Baca Juga: Urine dan Feses Anak-Anak Masih Mengandung Plastik, Satunya Bersifat Kanker
"Jika perawatan mikroba seperti transplantasi feses ditemukan bisa mengurangi efek samping, maka hal ini secara substantif dapat meningkatkan kualitas hidup pasien," lanjutnya.
Profesor David mengklaim penelitian ini jadi yang pertama menunjukkan bakteri di usus berperan penting dalam menekan efek samping gastrointestinal dari radioterapi.
Transplantasi mikrobiota tinja atau disebut FMT dilakukan dengan cara mentransfer kotoran manusia dari donor yang sehat ke saluran pencernaan pasien. Cara ini paling ampuh dan sering digunakan untuk mengobati infeksi C.difficile yang berulang.
FMT ini bisa mengisi kembali keseimbangan bakteri. Cara kerjanya selayaknya probiotik, dengan sampel kotoran bisa mengandung lebih dari 1.000 spesies bakteri yang berbeda.
Transplantasi dilakukan melalui tabung - dimasukkan ke dalam lubang hidung, ke tenggorokan lalu ke perut, langsung ke usus besar. Namun, sampel feses juga dapat ditransplantasikan melalui enema atau pil yang mengandung bahan baku kering.
Menurut data, sekitar 80 persen pasien yang sudah menjalani metode ini mengaku merasakan perrubahan kebiasaan buang air besar setelah radioterapi panggul.
Berita Terkait
Terpopuler
- 17 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 20 September: Klaim Pemain 110-111 dan Jutaan Koin
- Siapa Zamroni Aziz? Kepala Kanwil Kemenag NTB, Viral Lempar Gagang Mikrofon Saat Lantik Pejabat!
- Prompt Gemini AI untuk Edit Foto Masa Kecil Bareng Pacar, Hasil Realistis dan Lucu
- Bali United: 1 Kemenangan, 2 Kekalahan, Johnny Jansen Dipecat?
- 10 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 21 September 2025, Kesempatan Klaim Pemain OVR 110-111
Pilihan
-
Ousmane Dembele Raih Ballon dOr 2025, Siapa Sosok Istri yang Selalu Mendampinginya?
-
Meski Perpres Sudah Terbit, Tapi Menkeu Purbaya Mau Review Ulang Soal Kenaikan Gaji ASN 2025
-
Prabowo: Indonesia Mengakui dan Jamin Keamanan Israel Jika Palestina Merdeka
-
Profil Glory Lamria: Diaspora Viral Usai Kunjungan Presiden di Amerika Serikat
-
Analisis IHSG Hari Ini Usai Wall Street Cetak Rekor Didorong Harga Saham Nvidia
Terkini
-
Terapi Imunologi Sel: Inovasi Perawatan Kesehatan untuk Berbagai Penyakit Kronis
-
72% Sikat Gigi Dua Kali Sehari, Kok Gigi Orang Indonesia Masih Bermasalah? Ini Kata Dokter!
-
Padel Court Pertama Hadir di Dalam Mal, Bawa Olahraga Jadi Makin Fun!
-
Nyaris Setengah Anak Indonesia Kekurangan Air Minum: Dampaknya ke Fokus dan Belajar
-
Event Lari Paling Seru! 8.500 Pelari Pulang Happy dengan Goodie Bag Eksklusif
-
Manfaat Donor Darah Kurang Maksimal Tanpa Peralatan Pendukung Terbaik
-
Awas, Penyakit Jantung Koroner Kini Mulai Serang Usia 19 Tahun!
-
Anak Rentan DBD Sepanjang Tahun! Ini Jurus Ampuh Melindungi Keluarga
-
Main di Luar Lebih Asyik, Taman Bermain Baru Jadi Tempat Favorit Anak dan Keluarga
-
Dari Donor Kadaver hingga Teknologi Robotik, Masa Depan Transplantasi Ginjal di Indonesia