Suara.com - Anda Bersedia Disuntik Virus Flu? Dibayar Rp 46 Juta Lho!
Hari gini, siapa yang mau sakit? Membuat tubuh tidak bisa beraktivitas seperti biasanya, meskipun itu hanya sakit flu. Tapi bagaimana jika Anda diminta sakit dan dibayar? Apakah tertarik?.
Mengutip Dailymail, Sabtu (2/11/2019) para peneliti Saint Louis University Missouri bekerjasama dengan tiga universitas lainnya memberikan tawaran senilai 3.310 dollar atau setara Rp 46 juta untuk orang yang mau disuntikkan virus flu.
Alasannya, peneliti ingin melihat lebih jauh apa yang terjadi saat orang terserang flu, dan bagaimana tubuh mengatasinya.
Pemikiran ini berangkat dari flu jadi penyebab kematian tertinggi ke dua pada anak di AS saat musim flu menyerang, seperti yang diungkap Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit atau Centers for Disease Control and Prevention (CDC).
Sebanyak 80 orang peserta sehat dicari untuk dengan kisaran usia 18 hingga 49 tahun yang akan di training selama 4 bulan. Mereka nantinya akan diinfeksi melalui hidung dengan virus flu musiman H1N1. Peserta akan tinggal di pusat studi kampus selama 10 hari, dimana mereka akan dibayar 300 dollar atau senilai Rp 4,2 juta per hari.
Selama waktu penelitian, para peneliti akan mengambil sampel darah, kotoran hidung dan tenggorokan baik sebelum dan setelah peserta terinfeksi. Gejala flu, termasuk demam, nyeri otot dan lemas akan dicatat setiap hari selama 14 hari.
Setelah mereka keluar dari klinik, para peserta tetap harus mengunjungi klinik tiga kali, untuk diambil darah, kebersihan hidup dengan beberapa pertanyaan dari peneliti.
Empat kunjungan itu akan dibayar 75 dollar atau Rp 1 juta per kunjungan dan 10 dollar atau Rp 140 ribu untuk satu pertanyaan melalui panggilan telepon. Sayangnya, para peneliti hanya akan menerima peserta dalam jarak dekat dari lokasi penelitian berkisar di radius 200 mil atau lebih.
Baca Juga: Vaksinasi Influenza Jadi Solusi Menjaga Kesehatan Lansia
"Periset NIAID telah menjadi pelopor dalam uji coba tantangan influenza manusia kontemporer. Percobaan ini menyediakan alat yang ampuh untuk mempelajari banyak aspek dan perkembangan penyakit influenza, yang juga dapat membantu menilai pengobatan baru dan vaksin secara efisien," ujar Dr Anthony Fauci, Direktur Institut Nasional Institut Kesehatan untuk Alergi dan Penyakit Menular (NIAID).
Berita Terkait
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Dicopot
- Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
- Prabowo Disebut Reshuffle Kabinet Sore Ini! Ganti 4 Menteri, Menhan Rangkap Menkopolhukam
Pilihan
-
3 Kontroversi Purbaya Yudhi Sadewa di Tengah Jabatan Baru sebagai Menteri
-
Indonesia di Ujung Tanduk, Negara Keturunan Jawa Malah Berpeluang Lolos ke Piala Dunia 2026
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan Memori 256 GB, Terbaru September 2025
-
IHSG Jeblok Hingga 1 Persen di Sesi I Perdagangan Selasa Setelah Sertijab Menteri Keuangan
-
19 Tewas di Aksi Demo Anti Korupsi, Eks Persija Jakarta: Pemerintah Pembunuh!
Terkini
-
Rusia Luncurkan Vaksin EnteroMix: Mungkinkah Jadi Era Baru Pengobatan Kanker?
-
Skrining BPJS Kesehatan: Panduan Lengkap Deteksi Dini Penyakit di Tahun 2025
-
Surfing Jadi Jalan Perempuan Temukan Keberanian dan Healing di Laut
-
Bayi Rewel Bikin Stres? Rahasia Tidur Nyenyak dengan Aromaterapi Lavender dan Chamomile!
-
Varises Esofagus Bisa Picu BAB dan Muntah Darah Hitam, Ini Penjelasan Dokter Bedah
-
Revolusi Kesehatan Dimulai: Indonesia Jadi Pusat Inovasi Digital di Asia!
-
HPV Masih Jadi Ancaman, Kini Ada Vaksin Generasi Baru dengan Perlindungan Lebih Luas
-
Resistensi Antimikroba Ancam Pasien, Penggunaan Antibiotik Harus Lebih Cerdas
-
Ini Alasan Kenapa Donor Darah Tetap Relevan di Era Modern
-
Dari Kegelapan Menuju Cahaya: Bagaimana Operasi Katarak Gratis Mengubah Hidup Pasien