Suara.com - Tak bisa dipungkiri, orangtua kerap meletakkan harapan dan ekspektasi tertentu di pundak anak-anak mereka. Namun, seringkali harapan yang berlebihan ini malah melahirkan pola asuh yang mendikte. Orangtua menjadi sangat terlibat dan mengontrol hidup anak.
Orangtua yang mengontrol hidup anak akan memilihkan semua yang dia anggap sebagai terbaik untuk anaknya, sehingga anak seringkali tak dibiarkan memutuskan sendiri keinginannya.
Para ahli telah lama menyebut bahwa pola asuh yang mendikte anak seperti ini sangat tidak disarankan, karena memberi efek buruk pada anak di kemudian hari. Apa saja? Ini dia dampak pola asuh yang mendikte, seperti dilansir dari The Minds Journal.
1. Memengaruhi kemandirian anak
Orangtua yang terlalu mendikte akan selalu mencoba untuk membentuk, mengendalikan, dan mengevaluasi perilaku anak-anak mereka dengan seperangkat prinsip mereka, dan tidak didasarkan pada potensi, kesulitan, atau minat anak. Anak-anak diberikan sedikit pilihan dan harus mengikuti perintah orangtua.
Pola asuh ini juga membuat anak-anak tidak punya pilihan selain mengikuti aturan orangtua. Orangtua selalu ingin memantau perilaku anak, seperti ke mana mereka pergi, apa yang mereka lakukan, dan siapa teman mereka. Orangtua bahkan mengambil tanggung jawab untuk membuat keputusan untuk anak-anak mereka.
Hal ini tentu akan membuat anak tumbuh dengan tidak memiliki kemampuan untuk membuat pilihan yang masuk akal untuk diri mereka sendiri. Anak-anak tidak memiliki kesempatan untuk memutuskan apa yang mereka inginkan, dan sebagai hasilnya, mereka menjadi kurang percaya diri. Ini meningkatkan kemungkinan bahwa mereka akan menjadi sangat tergantung pada pasangan mereka di kehidupan selanjutnya.
2. Memengaruhi harga diri
Penelitian menemukan bahwa dibandingkan dengan anak-anak yang menerima kehangatan dan penerimaan dari orangtua mereka, anak-anak yang selalu dikendalikan oleh orangtuanya kemungkinan akan memiliki harga diri yang lebih rendah.
Orangtua yang kerap mengkritik, mengabaikan, dan meremehkan anak sebagai cara untuk menghukum ketika mereka gagal memenuhi harapan orangtua, akan menghasilkan anak yang bingung dan heran mengenai apa kesalahannya.
Ketika seorang anak menghadapi perilaku keras dalam periode waktu yang lama, harga diri mereka menjadi sangat rendah dan identitas diri mereka terdistorsi. Mereka mulai meremehkan diri mereka sendiri dan tidak memiliki kepercayaan pada diri sendiri.
3. Mengurangi kepuasan hidup anak
Kerap mendikte anak akan secara signifikan mengurangi kepuasan hidup pada anak, di mana mereka merasa tidak bahagia dan sangat tidak puas dengan kehidupan mereka.
Baca Juga: Seperti Apa Pola Asuh Tepat untuk Generasi Alpha? Ini Kata Pakar
Kemunduran umum dalam kualitas hidup sering mengakibatkan gejala depresi pada anak. Beberapa peneliti juga menemukan bahwa pola asuh mendikte sangat berkorelasi dengan depresi.
Anak-anak yang dibesarkan oleh orangtua yang suka mengendalikan, cenderung tumbuh menjadi orang dewasa yang manipulatif. Mereka meneruskan teknik manipulatif ini dari orangtua mereka dan menerapkannya pada pasangan mereka atau kemudian mengadopsi ideologi pengasuhan yang sama untuk anak-anak mereka.
Anak-anak ini juga akan gagal belajar menetapkan batasan pribadi di masa dewasa mereka. Ini karena sejak kecil, mereka tidak memiliki batasan pribadi. Mereka diperlakukan sebagai perpanjangan dari keinginan orangtua mereka, di mana batas-batas mereka menyatu dengan orang tua mereka. (Aflaha Rizal)
Berita Terkait
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
-
5 Fakta Kemenangan 2-1 Real Madrid Atas Barcelona: 16 Gol Kylian Mbappe
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
Terkini
-
Tak Sekadar Air Putih, Ini Alasan Artesian Water Jadi Tren Kesehatan Baru
-
Vitamin C dan Kolagen: Duo Ampuh untuk Kulit Elastis dan Imunitas Optimal
-
Smart Hospital, Indonesia Mulai Produksi Tempat Tidur Rumah Sakit yang Bisa 'Baca' Kondisi Pasien
-
Tren Minuman Bernutrisi: Dari Jamu ke Collagen Drink, Inovasi Kesehatan yang Jadi Gaya Hidup Baru
-
Perawatan Komprehensif untuk Thalasemia: Dari Transfusi hingga Dukungan Psikologis
-
Indonesia Kaya Tanaman Herbal, Kenapa Produksi Obat Alami Dalam Negeri Lambat?
-
Supaya Anak Peduli Lingkungan, Begini Cara Bangun Karakter Bijak Plastik Sejak Dini
-
Kemendagri Dorong Penurunan Angka Kematian Ibu Lewat Penguatan Peran TP PKK di Daerah
-
Gaya Hidup Modern Bikin Diabetes di Usia Muda Meningkat? Ini Kata Dokter
-
Saat Kesehatan Mata Jadi Tantangan Baru, Ini Pentingnya Vision Care Terjangkau dan Berkelanjutan