Suara.com - Beberapa waktu lalu Nunung dikabarkan mengalami depresi di tengah menjalani sidang kasus narkoba. Sebelum depresi, ternyata Nunung juga pernah mengalami hipoksia.
Nunung pun sempat menjalani perawatan serius di Singapura karena penyakit hipoksianya atau kekurangan oksigen.
"Ohh sudah lama (kekurangan oksigen) sudah lima tahun lalu. Dulu disuntik gitu sampai berapa kali, 20 kali, 12 kali, sekarang sudah nggak, sudah lewat," sambungnya.
Anak sulung Nunung, Bagus Permadi juga mengatakan ibunya menderita hipoksia sekitar 5 tahun lalu. Saat itu pula Nunung juga menderita masalah mental, depresi.
"Pada tahun sekitar 2015 sekitar 5 tahunan yang lalu lah. Itu barengan sama depresinya itu mama ternyata juga kekurangan oksigennya itu. Penyakit yang diotaknya itu," jelas Bagus.
Akibat hipoksia itu, Nunung mengakui sering merasa pusing. Bagian lehernya juga disebut sering mengalami tegang. Nunung menjalankan terapi dengan melakukan suntik di bagian kepalanya.
"Mama lebih sering pusing. Bagian leher itu sering tegang. Jadi kayak terapi, tapi dia disuntik gitu bagian kepalanya. Ngilangin oksigen yang ada di kepala gitu, kalau nggak salah begitu," lanjutnya.
Hipoksia terjadi ketika darah tidak membawa cukup oksigen ke jaringan untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Penyakit ini bisa menyebabkan otak, hati dan organ tubuh lain rusak dalam beberapa menit tanpa oksigen.
Tetapi, apakah ada hubungannya hipoksida dengan depresi yang dialami oleh Nunung?
Baca Juga: 3 Berita Pilihan: Nora Alexandra Marah, Sidang Nunung Ditunda
Melansir dari Jurnal NCBI, sebuah pengamatan menemukan bahwa orang yang hidup dengan gangguan hipoksia kronis juga menunjukkan tingkat depresi dan bunuh diri yang lebih tinggi.
Pasien dengan hipoksia kronis, seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau asma, secara konsisten menunjukkan tingkat bunuh diri yang lebih tinggi.
Tingkat depresi yang lebih tinggi juga ditemukan pada mereka dengan kondisi hipoksia kronis seperti gangguan paru obstruktif kronik (COPD), penyakit jantung koroner dan stroke. Risiko depresi ini dua kali lebih tinggi pada penderita hipoksia daripada pasien diabetes tanpa hipoksia.
Artinya, pengamatan ini menunjukkan bahwa hipoksia memiliki hubungan dengan tingkat depresi dan keinginan bunuh diri pada penderitanya. Tetapi, hal ini tergantung pada lingkungan tempat tinggal serta keparahan hipoksianya.
Melansir dari Hello Sehat, hipoksia PPOK juga bisa menyebabkan komplikasi yang salah satunya depresi dan gangguan mood, terutama jika tidak diobati.
Komplikasi lain akibat hipoksia PPOK, yakni tekanan darah tinggi, hipertensi paru, gagal jantung, gagal pernapasan, polistemia sekunder.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Daftar Harga HP Xiaomi Terbaru Oktober 2025: Flagship Mewah hingga Murah Meriah
-
Kepala Daerah 'Gruduk' Kantor Menkeu Purbaya, Katanya Mau Protes
-
Silsilah Bodong Pemain Naturalisasi Malaysia Dibongkar FIFA! Ini Daftar Lengkapnya
-
Maarten Paes: Pertama (Kalahkan) Arab Saudi Lalu Irak, Lalu Kita Berpesta!
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
Terkini
-
Varises Mengganggu Penampilan dan Kesehatan? Jangan Panik! Ini Panduan Lengkap Mengatasinya
-
Rahasia Awet Muda Dibongkar! Dokter Indonesia Bakal Kuasai Teknologi Stem Cell Quantum
-
Belajar dari Kasus Ameena, Apakah Permen Bisa Membuat Anak Sering Tantrum?
-
Bukan Sekadar Gadget: Keseimbangan Nutrisi, Gerak, dan Emosi Jadi Kunci Bekal Sehat Generasi Alpha
-
Gerakan Kaku Mariah Carey saat Konser di Sentul Jadi Sorotan, Benarkah karena Sakit Fibromyalgia?
-
Di Balik Rak Obat dan Layar Digital: Ini Peran Baru Apoteker di Era Kesehatan Modern
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030