Suara.com - Orangtua selalu memaksa anak mereka untuk mengonsumsi ikan, alasannya agar anak makin cerdas. Namun sebuah studi pada 2013 justru menunjukkan adanya kemungkinan ikan bukanlah makanan untuk 'otak'.
Penelitian yang diterbitkan dalam edisi online Neurology, jurnal medis dari American Academy of Neurology ini membuktikan, wanita lebih tua dengan kadar asam lemak omega 3 lebih tinggi tidak memiliki ingatan atau keterampilan berpikir yang lebih baik setelah enam tahun dibanding wanita dengan kadar yang lebih rendah.
Selain penemuan tersebut, hasil studi juga menunjukkan:
1. Tidak ada perbedaan dalam kemampuan berpikir dan daya ingat antara wanita denga level tinggi atau rendah asam lemak omega 3 dalam darah mereka pada tes memori.
2. Tidak ada perbedaan antara kedua kelompok dalam seberapa cepat kemampuan berpikir dan daya ingat mereka menurun selama enam tahun.
Meski begitu, bukan berarti mengonsumsi ikan tidak memberikan manfaat sama sekali pada otak. Sebab, hasil studi ini juga menunjukkan wanita dengan kadar omega 3 tinggi memiliki kecepatan motorik dan kefasihan verbal sedikit lebih baik.
Sementara itu, peneliti dari University of Lowa memiliki pemikiran lain bahwa bukan hanya ikan yang bisa menentukan kesehatan otak di kemudian hari.
"Kami benar-benar berpikir bahwa pola makan sepanjang usia Anda adalah yang terpenting dalam menentukan kesehatan jantung dan otak di kemudian hari," jelas penulis studi, Jennifer Robinson, seorang profesor epidemiologi dan kedokteran di University of Lowa, seperti dikutip dari USA Today.
"Pesannya adalah orang harus mengonsumsi makanan yang sehat untuk jantung dan otak serta melakukan aktivitas fisik sepanjang hidup mereka. Itulah yang akan menjaga fungsi kognitif seiring bertambahnya usia," lanjutnya.
Baca Juga: Banyak Terkontaminasi Merkuri, Ini Saran Dokter Makan Ikan Salmon
Di sisi lain, ahli saraf Victor Henderson, seorang profesor dalam penelitian dan kebijakan kesehatan di Stanford University, mengatakan, "Sepertinya jika mengonsumsi asam lemak omega 3 memengaruhi kesehatan otak, maka efeknya mungkin tidak terlalu besar."
Menurutnya, gaya hidup sehat yang dibarengi dengan stimulasi mental, interaksi sosial dan aktivitas fisik teratur, secara keseluruhan merupakan cara terbaik dalam menjaga kesehatan otak.
Berita Terkait
Terpopuler
- Kumpulan Prompt Siap Pakai untuk Membuat Miniatur AI Foto Keluarga hingga Diri Sendiri
- Terjawab Teka-teki Apakah Thijs Dallinga Punya Keturunan Indonesia
- Bakal Bersinar? Mees Hilgers Akan Dilatih Eks Barcelona, Bayern dan AC Milan
- Gerhana Bulan Langka 7 September 2025: Cara Lihat dan Jadwal Blood Moon Se-Indo dari WIB-WIT
- Geger Foto Menhut Raja Juli Main Domino Bareng Eks Tersangka Pembalakan Liar, Begini Klarifikasinya
Pilihan
-
Nomor 13 di Timnas Indonesia: Bisakah Mauro Zijlstra Ulangi Kejayaan Si Piton?
-
Dari 'Sepupu Raisa' Jadi Bintang Podcast: Kenalan Sama Duo Kocak Mario Caesar dan Niky Putra
-
CORE Indonesia: Sri Mulyani Disayang Pasar, Purbaya Punya PR Berat
-
Sri Mulyani Menteri Terbaik Dunia yang 'Dibuang' Prabowo
-
Surat Wasiat dari Bandung: Saat 'Baby Blues' Bukan Cuma Rewel Biasa dan Jadi Alarm Bahaya
Terkini
-
Surfing Jadi Jalan Perempuan Temukan Keberanian dan Healing di Laut
-
Bayi Rewel Bikin Stres? Rahasia Tidur Nyenyak dengan Aromaterapi Lavender dan Chamomile!
-
Varises Esofagus Bisa Picu BAB dan Muntah Darah Hitam, Ini Penjelasan Dokter Bedah
-
Revolusi Kesehatan Dimulai: Indonesia Jadi Pusat Inovasi Digital di Asia!
-
HPV Masih Jadi Ancaman, Kini Ada Vaksin Generasi Baru dengan Perlindungan Lebih Luas
-
Resistensi Antimikroba Ancam Pasien, Penggunaan Antibiotik Harus Lebih Cerdas
-
Ini Alasan Kenapa Donor Darah Tetap Relevan di Era Modern
-
Dari Kegelapan Menuju Cahaya: Bagaimana Operasi Katarak Gratis Mengubah Hidup Pasien
-
Jangan Sepelekan, Mulut Terbuka Saat Tidur pada Anak Bisa Jadi Tanda Masalah Kesehatan Serius!
-
Obat Sakit Gigi Pakai Getah Daun Jarak, Mitos atau Fakta?