Suara.com - Wabah pneumonia yang disebabkan oleh novel coronavirus (nCoV) atau virus corona sedang menjadi perhatian dunia.
Dilaporkan penyebaran virus corona ini berawal dari sebuah pasar hewan laut Huanan di Kota Wuhan, China. Tak hanya menjual hasil tangkapan laut, pasar tersebut juga menjual hewan pengerat seperti kelelawar hingga ular.
Berdasarkan pernyataan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, virus ini merupakan virus corona jenis baru yang dapat menyebabkan penyakit pernapasan akut.
Gejalanya sendiri meliputi sulit bernapas, demam, batuk, irama pernapasan lebih cepat, sakit tenggorokan, hingga pilek.
Hingga kini, angka kematian dan orang terinfeksi virus corona terus meningkat. Seperti dilaporkan NY Times, dilaporkan hingga Minggu (26/1/2020) korban tewas naik menjadi setidaknya 80 dan lebih dari 1.600 kasus terinfeksi.
Sebelum adanya virus corona ini, Anda mungkin ingat bahwa dunia pernah digegerkan oleh wabah Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Penyakit mematikan ini juga muncul pertama kali di China.
Dilansir dari Science News, virus SARS pertama kali dilaporkan pada 2002 di China selatan. SARS diyakini menyebar lewat kelelawar yang menginfeksi musang. Saat itu, diberitakan bahwa orang China memiliki kebiasaan memakan musang.
Pemerintah tidak memperingatkan publik selama berbulan-bulan dan tidak memberi tahu WHO sampai Februari 2003. China akhirnya mulai melakukan tindakan bersama pada musim panas 2003 dan SARS dengan cepat dikendalikan.
Terdapat 8.098 kasus, 774 kematian dan angka kematian sekitar 10 persen. Tidak ada kasus baru yang dilaporkan sejak 2004. Sebanyak 84 persen kasus tersebut terjadi di China dan Hong Kong.
Baca Juga: Teror Corona, Perawat RS Hasan Sadikin Bandung Pakai APD
Sebelum SARS, virus H5N1atau flu burung juga pertama kali dilaporkan dari China. H5N1 sebenarnya muncul secara alami di unggas air liar, tetapi dapat menyebar dengan mudah ke unggas domestik.
Flu burung menular ke manusia melalui kontak dengan kotoran burung yang terinfeksi, sekresi hidung atau sekresi dari mulut maupun mata.
Penyakit ini pertama kali terdeteksi pada manusia pada tahun 1997 selama wabah unggas di Hong Kong dan sejak itu telah terdeteksi pada unggas dan burung liar di lebih dari 50 negara.
Dilaporkan CDC, penyakit mematikan ini menewaskan sekitar 455 orang dari seluruh dunia.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Link DANA Kaget Khusus Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cuan Rp 345 Ribu
- 7 Rekomendasi Parfum Terbaik untuk Pelari, Semakin Berkeringat Semakin Wangi
- Unggahan Putri Anne di Tengah Momen Pernikahan Amanda Manopo-Kenny Austin Curi Perhatian
- 8 Moisturizer Lokal Terbaik untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Solusi Flek Hitam
- 15 Kode Redeem FC Mobile Aktif 10 Oktober 2025: Segera Dapatkan Golden Goals & Asian Qualifier!
Pilihan
-
Grand Mall Bekasi Tutup, Netizen Cerita Kenangan Lawas: dari Beli Mainan Sampai Main di Aladdin
-
Jay Idzes Ngeluh, Kok Bisa-bisanya Diajak Podcast Jelang Timnas Indonesia vs Irak?
-
278 Hari Berlalu, Peringatan Media Asing Soal Borok Patrick Kluivert Mulai Jadi Kenyataan
-
10 HP dengan Kamera Terbaik Oktober 2025, Nomor Satu Bukan iPhone 17 Pro
-
Timnas Indonesia 57 Tahun Tanpa Kemenangan Lawan Irak, Saatnya Garuda Patahkan Kutukan?
Terkini
-
Inovasi Bedah Robotik Pertama di Indonesia: Angkat Kanker Payudara Tanpa Hilangkan Bentuk Alami
-
Riset Ungkap Rahasia Bahagia: Bergerak 15 Menit Setiap Hari Bikin Mental Lebih Sehat
-
Mengembalikan Filosofi Pilates sebagai Olahraga yang Menyatukan Gerak, Napas, dan Ketenangan
-
Perawatan Mata Modern di Tengah Maraknya Gangguan Penglihatan
-
Terungkap! Ini Rahasia Otak Tetap Prima, Meski di Usia Lanjut
-
Biar Anak Tumbuh Sehat dan Kuat, Imunisasi Dasar Jangan Terlewat
-
Susu Kambing Etawanesia Bisa Cegah Asam Urat, Ini Kata dr Adrian di Podcast Raditya Dika
-
Toko Roti Online Bohong Soal 'Gluten Free'? Ahli Gizi: Bisa Ancam Nyawa!
-
9.351 Orang Dilatih untuk Selamatkan Nyawa Pasien Jantung, Pecahkan Rekor MURI
-
Edukasi PHBS: Langkah Kecil di Sekolah, Dampak Besar untuk Kesehatan Anak