Suara.com - Virus corona Wuhan yang disebut dengan 2019-nCoV, diketahui telah membunuh 170 orang di China dan menginfeksi lebih dari 7000 orang. Tak hanya itu, virus ini juga telah menyebar ke 16 negara lainnya.
Banyaknya pasien yang terinfeksi membuat rumah sakit di China, terutama Kota Wuhan, penuh sesak.
Namun, pada Rabu (29/1/2020) kemarin, rumah sakit yang khusus dibangun untuk merawat pasien virus corona, Dabie Mountain Regional Medical Centre sudah dibuka. Dan beberapa pasien yang termasuk dalam batch 1 telah dipindahkan ke rumah sakit yang berlokasi di Huanggang sejak Selasa (28/1/2020).
Mereka yang dirawat di rumah sakit diberikan pengobatan untuk mengatasi gejala, sementara sistem kekebalan tubuh mereka mencoba untuk melawan virus.
Salah satu tujuan dari rawat inap adalah untuk mengisolasi pasien dan menghentikan penyebaran virus, jelas Profesor Jonathan Bell, ahli virologi di Universitas Nottingham.
"Dalam kasus parah, virus dapat menyebabkan pneumonia (peradangan paru-paru). Jika kasus ini terjadi, pasien perlu mendapat dukungan pernapasan," tambahnya dilansir BBC.
Pasien akan diberi oksigen, dalam kasus yang lebih buruk, mereka akan menggunakan ventilator.
Sedangkan pada kasus yang lebih ringan, pasien yang sulit mempertahankan tekanan darah dapat diberi cairan infus.
Di sisi lain, kepala Rumah Sakit Jinyintan Wuhan, Zhang Dingyu, mengatakan kepada stasiun televisi pemerintah China CCTV bahwa pasien yang pulih dinyatakan dalam kondisi baik. Beberapa mungkin memiliki beberapa masalah paru-paru yang tersisa, tapi Dingyu optimis bahwa mereka akan pulih dengan baik.
Baca Juga: Bandara Ahmad Yani Klaim Punya Ruang Antivirus Corona Pertama di Indonesia
Meski belum ada vaksin khusus untuk virus corona, dokter tengah memeriksa dua obat antivirus yang digunakan untuk mengobati HIV (lopinavir dan ritonavir) bisa menjadi pengobatan yang efektif.
Obat-obatan ini terbukti telah membantu melawan virus SARS pada 2003 silam.
Harapannya, SARS dan 2019-nCoV ini cukup serupa sehingga obat tersebut memiliki dampak baik, tambah Profesor Ball. Jika terbukti berhasil, kemungkinan obat ini akan digunakan secara belas kasihan dalam kasus parah karena obat tersebut belum disetujui penggunaannya.
Penggunaan belas kasihan atau compassionate use merupakan istilah yang dipakai ketika obat yang belum disetujui kemudian disediakan, dalam pengawasan ketat, kepada pasien yang sakit parah.
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
- DANA Kaget Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cair Rp 255 Ribu
- Fakta-Fakta Korupsi Bupati HSS Kalsel, Diduga Minta Dana Proyek Puluhan Miliar
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 3 Oktober: Klaim Ballon d'Or 112 dan Gems
Pilihan
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
Terkini
-
Di Balik Rak Obat dan Layar Digital: Ini Peran Baru Apoteker di Era Kesehatan Modern
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif