Suara.com - Kuasa hukum Lucinta Luna, Muhammad Milano menyatakan kondisi psikis kliennya yang cukup memprihatinkan sejak tertangkap kasus narkoba.
Milano mengatakan kondisi psikis Lucinta Luna memang sudah tidak baik sejak 6 bulan terakhir. Kini, kondisi psikisnya pun cukup memprihatinkan jika tidak mengonsumsi obat penanang.
"Saat ini dia (Lucinta Luna) depresi. Begini dia depresi harus makan obat, cuma belum dibawa ke dokter. Kami sudah suruh mohon untuk segera ditangani," kata Muhammad Milano, saat menggelar jumpa pers, di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (13/2/2020).
Bahkan Lucinta Luna mengalami bengkak-bengkak di bagian telapak kaki kanan dan paha kirinya karena depresi setelah ditahan selama 3 hari.
"Iya depresi. Kalau depresi dia sakit sama aja kayak kita alergi. Kalau kambuh muncul (sakit bengkak-bengkak di tubuhnya)," jelas Milano.
Seperti yang Anda ketahui sebelumnya, Lucinta Luna tertangkap mengonsumsi obat penenang yang termasuk psikotropika golongan 4.
Dilansir dari Psychology Today, obat penenang adalah depresan sistem saraf pusat (CNS), kelas obat yang memperlambat aktivitas otak, menghasilkan perasaan kantuk atau relaksasi.
Penggunaan obat penenang tidak dilarang jika dengan alasan medis dan sesuai resep dokter. Tetapi, banyak jenis obat penenang yang berpotensi disalahgunakan.
Padahal penyalahgunaan obat penenang dari golongan psikotropika bisa menyebabkan komplikasi. Tak hanya itu, orang juga tidak bisa sembarangan berhenti mengonsumsi psikotropika tanpa anjuran dokter.
Baca Juga: Korban Meninggal Virus Corona Tembus Ribuan Orang, IHSG Dibuka Memerah
Menurut Addiction Center, penghentian penggunaan obat penenang bisa menyebabkan penarikan. Karena, obat penenang ini bekerja memengaruhi kimia otak dan aktivitas lambat.
Jadi penghentian minum obat penenang secara tiba-tiba bisa terasa sangat berat bagi orang yang mengonsumsinya.
Mereka mungkin akan mengalami gejala penarikan mulai 12 hingga 24 jam setelah dosis terakhir obat dan paling parah terjadi antara 24 hingga 72 jam.
Umumnya, gejala penarikan mulai menghilang setelah periode awal yang dikenal sebagai penarikan akut. Tapi, beberapa gejala penarikan paska yang paling akut bisa bertahan hingga 24 jam.
Selain itu, banyak orang yang mengonsumsi benzodiazepine lalu berhenti akan mengalami efek rebound. Tahap ini menggambarkan kondisi awal mereka ketika menggunakan obat penenang yang kembali lebih kuat dari sebelumnya.
Misalnya, orang mengonsumsi xanax karena kecemasan. Maka mereka akan mengalami kecemasan yang lebih buruk setelah penghentian obat.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Daftar Mobil Bekas Pertama yang Aman dan Mudah Dikendalikan Pemula
- 6 Rekomendasi Mobil Bekas Kabin Luas di Bawah 90 Juta, Nyaman dan Bertenaga
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- Calon Pelatih Indonesia John Herdman Ngaku Dapat Tawaran Timnas tapi Harus Izin Istri
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
Pilihan
-
4 Tablet RAM 8 GB dengan Slot SIM Card Termurah untuk Penunjang Produktivitas Pekerja Mobile
-
3 Fakta Perih Usai Timnas Indonesia U-22 Gagal Total di SEA Games 2025
-
CERPEN: Catatan Krisis Demokrasi Negeri Konoha di Meja Kantin
-
CERPEN: Liak
-
Rencana KBMI I Dihapus, OJK Minta Bank-bank Kecil Jangan Terburu-buru!
Terkini
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Produksi Makanan Siap Santap, Solusi Pangan Bernutrisi saat Darurat Bencana
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat
-
Di Balik Prestasi Atlet, Ada Peran Layanan Kesehatan yang Makin Krusial
-
Terobosan Baru Pengobatan Diabetes di Indonesia: Insulin 'Ajaib' yang Minim Risiko Gula Darah Rendah