Suara.com - Seorang pengasuh berusia 38 tahun ditangkap atas tuduhan telah meracuni dua bayi dengan beberapa janis obat-obatan, seperti obat tidur, obat kecemasan dan antihistamin.
Dilaporkan Today Online, Sa'adiah Jamari diadili pada Selasa (18/2/2020) atau dua tuduhan meracuni bayi berusia 5 bulan dan seorang anak berusia 11 bulan pada 2016 silam.
Sa'adiah sebenarnya terdaftar sebagai perawat lepas sejak 2002. Ia bekerja pada seorang ibu di Singapura yang pernah memasang iklan lowongan pekerjaan pengasuh Muslim untuk kedua putrinya, yang berusia lima tahun dan lima bulan.
Namun, sejak Sa'adiah mulai bekerja pada 2016, sang ibu mulai memerhatikan ada keanehan pada putrinya.
Putrinya yang berusia lima bulan menjadi sangat rewel dan sering berguling-guling di tempat tidur. Putrinya juga tidak menanggapi senyum seperti biasanya.
Sang ibu pun mulai memerhatikan satu pola, putrinya selalu sangat mengantuk setiap kali dia menjemputnya dari rumah Sa'adiah.
"Beberapa kali pertama dia seperti mengantuk, jadi kupikir dia baru saja bangun dari tidurnya. Jadi aku tidak terlalu memikirkannya. Tetapi ketika aku menidurkannya, dia tampak lebih mengantuk. Matanya akan sedikit bengkak, bagian kelopak atas matanya... seperti terkulai ke bawah," sambungnya.
Keadaan menjadi lebih buruk dalam satu bulan berikutnya ketika anak putrinya akan membuang botol setiap kali diberi susu dan merasa bingung tidak dapat mendeteksi suara saat ibunya mencoba berbicara dengan bayi malang tersebut.
Pada 9 Desember 2016, ibunya melihat buah hatinya itu sangat mengantuk dan tidak dapat membuka matanya setelah mengangkatnya.
Baca Juga: Tips Ibu Milenial Angkie Yudistia Mencari Pengasuh Anak yang Baik
Kelopak mata sang bayi terlihat bengkak dan rasa kantuknya tampak berbeda karena matanya merah. Ia juga terlihat seperti tidak dapat mengendalikan gerakan tangannya.
Akhirnya sang nenek mendesak sang ibu untuk memeriksakan bayinya.
"Aku memberitahu dokter bahwa dia tampak sangat mengantuk, seolah-olah dia telah diberi obat bius. Kepalanya ke belakang, seperti tidak memiliki kekuatan," kata sang Ibu.
Dokter pun melakukan beberapa tes dan menemukan kadar glukosa sang bayi sangat rendah. Bayi itu kemudian dirawat selama sekitar lima hari dan ibunya berhenti membiarkan Sa'adiah merawat putrinya.
Belakangan, sang ibu menerima laporan dari dokter yang mengatakan putrinya yang berusia lima bulan telah diberi 10 jenis obat yang berbeda.
Obat-obat itu termasuk Xanax, Orphenadrine, Zolpidem, Oxazepam, diazepam, benzodiazepine.
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan
-
Fenomena Sadfishing di Media Sosial, Bagaimana Cara Mengatasinya?