Suara.com - Keberadaan Indonesia sebagai negara kepulauan yang besar memang diakui membuatnya jadi sulit untuk memantau pintu masuk pendatang dari luar negeri. Itu sebabnya, Indonesia berisiko terhadap masuknya virus corona Covid-19.
"Jadi kalau dibilang berisiko, ya Indonesia termasuk negara yang berisiko untuk masuknya virus corona," ujar Ketua Umum Penghimpunan Dokter Emergensi Indonesia (PDEI) dr. Moh Adib Khumaidi, Sp.OT, di Jakarta Pusat beberapa waktu lalu.
Dari 135 pintu masuk negara di darat, laut, dan udara, diakui memang sering kali ada jalur tikus pintu masuk yang tidak terdeteksi. Nah, hal ini juga yang patut diawasi tanpa pengecualian.
"Ya (semua pintu masuk dicek), jadi pemeriksaan khusus untuk kemudian kita skrining itu harus. Jalur masuk di Indonesia cukup banyak, ada beberapa di jalur masuk bandara, laut, perbatasan darat juga ada. Sehingga pintu-pintu masuk yang itu kemudian thermal scan harus ada, tenaga kesehatan juga kita kasih pelatihan," papar dr. Moh Adib.
Dr. Moh Adib juga melihat, saat ada kasus ditemukan positif maka akan terlihat rekaman perjalanan, dan proses penularan virus dari satu orang ke orang lainnya. Lalu, pastikan saat ada dari mereka yang baru tiba dari negara terdampak, bisa diberikan informasi dan prosedur yang harus dilakukan.
"Tapi yang paling penting saat bicara case finding-nya, maka ada te-record, keluar masuknya termasuk juga diinformasikan kepada yang di jalur masuk itu dia berasal dari daerah endemik," jelasnya.
"Kalau ada keluhan, dia harus segera kemana itu sudah diinformasikan, supaya masyarakat tahu, kalau dia berobat mendatangi siapa dan kemudian apa yang harus dia lakukan," sambungnya.
Dari sisi perawatan, para petugas medis juga diminta tidak abai dan tetap memberlakukan mereka yang suspect atau dicurigai untuk melakukan prosedur isolasi di ruangan khusus.
"Tapi, perlakuan yang kemudian terduga dirawat di rumah sakit pun oleh teman-teman kami di kedokteran di beberapa rumah sakit yang merawat dengan pasien-pasien terduga, kita tetap memberlakukan seperti halnya pasien-pasien yang kemudian dicurigai dengan penyakit virus, seperti halnya dulu yang pernah kita lakukan pada saat ada SARS atau flu burung," tutup dr. Moh Adib.
Baca Juga: Empat Tahun Meneliti, Israel Segera Luncurkan Vaksin Corona Covid-19
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Serum Vitamin C yang Bisa Hilangkan Flek Hitam, Cocok untuk Usia 40 Tahun
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- 5 Mobil Diesel Bekas Mulai 50 Jutaan Selain Isuzu Panther, Keren dan Tangguh!
- Harta Kekayaan Abdul Wahid, Gubernur Riau yang Ikut Ditangkap KPK
- 5 Mobil Eropa Bekas Mulai 50 Jutaan, Warisan Mewah dan Berkelas
Pilihan
-
Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
-
Korban PHK Masih Sumbang Ratusan Ribu Pengangguran! Industri Pengolahan Paling Parah
-
Cuma Mampu Kurangi Pengangguran 4.000 Orang, BPS Rilis Data yang Bikin Kening Prabowo Berkerut
-
Rugi Triliunan! Emiten Grup Djarum, Blibli PHK 270 Karyawan
-
Angka Pengangguran Indonesia Tembus 7,46 Juta, Cuma Turun 4.000 Orang Setahun!
Terkini
-
Jangan Tunggu Dewasa, Ajak Anak Pahami Aturan Lalu Lintas Sejak Sekarang!
-
Menjaga Kemurnian Air di Rumah, Kunci Hidup Sehat yang Sering Terlupa
-
Timbangan Bukan Segalanya: Rahasia di Balik Tubuh Bugar Tanpa Obsesi Angka
-
Terobosan Baru Atasi Kebutaan: Obat Faricimab Kurangi Suntikan Mata Hingga 75%!
-
5 Pilihan Obat Batu Ginjal Berbahan Herbal, Aman untuk Kesehatan Ginjal dan Ampuh
-
Catat Prestasi, Tiga Tahun Beruntun REJURAN Indonesia Jadi Top Global Distributor
-
Mengenal UKA, Solusi Canggih Atasi Nyeri Lutut dengan Luka Minimal
-
Indonesia di Ambang Krisis Dengue: Bisakah Zero Kematian Tercapai di 2030?
-
Sakit dan Trauma Akibat Infus Gagal? USG Jadi Solusi Aman Akses Pembuluh Darah!
-
Dokter Ungkap Fakta Mengejutkan soal Infertilitas Pria dan Solusinya