2. Cara kerja alat bantu pernapasan
Alat bantu pernapasan bekerja dengan memompa udara bertekanan yang mengandung oksigen ke paru-paru dan mendesak cairan dari alveoli paru-paru ke luar.
Prinsipnya terdengar sederhana, tapi teknik perawatan medisnya sangat rumit. Mesin alat bantu pernapasan modern, bisa disesuaikan dengan profil pernapasan pasien yang memerlukannya.
Pada alat bantu pernapasan dengan tekanan terkontrol, mesin respirator menyetel tekanan sedemikian rupa ke saluran pernapasan dan paru-paru, agar sebanyak mungkin oksigen dapat diserap.
Jika tekanan sudah cukup, pengeluaran nafas dimulai. Respirator praktis mengambil alih proses pernapasan pasien.
Lazimnya udara dialirkan dengan bantuan masker yang kedap udara, yang dipasang di area mulut dan hidung pasien.
Jika kasusnya sangat parah, biasanya selang alat bantu pernapasan dimasukkan langsung ke saluran pernapasan, dengan cara melubangi leher atau tindakan trakeotomi.
Karena prosedurnya menyakitkan, pasien biasanya harus dibius dan direkayasan ke kondisi koma buatan.
3. Mengapa terjadi kelangkaan alat bantu pernapasan?
Baca Juga: Turut Perangi Corona, ACC Salurkan Alat Bantu Kesehatan
Dalam situasi krisis wabah virus corona, permintaan alat respirator meningkat drastis. Banyak negara di Eropa yang tergolong maju, sistem kesehatannya tidak siap menghadapi krisis yang memerlukan alat bantu pernapasan dalam jumlah banyak dalam waktu bersamaan.
Mesin canggih untuk membantu pernapasan di sektor kedokteran gawat darurat, yang harga satu unitnya ada yang mencapai 50.000 euro atau sekitar 750 juta rupiah tidak bisa dibeli begitu saja di pasar bebas. Perusahaan yang memproduksi alat bantu pernapasan canggih, yang bisa memperkaya darah pasien dengan oksigen yang disebut ECMO juga tidak banyak jumlahnya di seluruh dunia.
Perusahaan pembuat alat bantu pernapasan sedunia juga sudah menggenjot kapasitas produksinya sampai taraf maksimal. Tapi wabah juga melumpuhkan rantai pemasokan suku cadang dan peralatan seperti selang pernapasannya.
Selain itu, bukan hanya kekurangan alat, kekurangan tenaga ahli juga sangat terasa. Di masa krisis wabah Covid-19, para ahli yang bisa mengoperasikan respirator bekerja tanpa henti melayani pasien-pasien gawat darurat yang jumlahnya terus naik tiap hari.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- Seret Nama Mantan Bupati Sleman, Dana Hibah Pariwisata Dikorupsi, Negara Rugi Rp10,9 Miliar
Pilihan
-
Roy Suryo Ikut 'Diseret' ke Skandal Pemalsuan Dokumen Pemain Naturalisasi Malaysia
-
Harga Emas Hari Ini: Antam Naik Lagi Jadi Rp 2.338.000, UBS di Pegadaian Cetak Rekor!
-
Puluhan Siswa SD di Agam Diduga Keracunan MBG, Sekda: Dapurnya Sama!
-
Bernardo Tavares Cabut! Krisis Finansial PSM Makassar Tak Kunjung Selesai
-
Ada Adrian Wibowo! Ini Daftar Pemain Timnas Indonesia U-23 Menuju TC SEA Games 2025
Terkini
-
Miris! Ahli Kanker Cerita Dokter Layani 70 Pasien BPJS per Hari, Konsultasi Jadi Sebentar
-
Silent Killer Mengintai: 1 dari 3 Orang Indonesia Terancam Kolesterol Tinggi!
-
Jantung Sehat, Hidup Lebih Panjang: Edukasi yang Tak Boleh Ditunda
-
Siloam Hospital Peringati Hari Jantung Sedunia, Soroti Risiko AF dan Stroke di Indonesia
-
Skrining Kanker Payudara Kini Lebih Nyaman: Pemeriksaan 5 Detik untuk Hidup Lebih Lama
-
CEK FAKTA: Ilmuwan China Ciptakan Lem, Bisa Sambung Tulang dalam 3 Menit
-
Risiko Serangan Jantung Tak Pandang Usia, Pentingnya Layanan Terpadu untuk Selamatkan Nyawa
-
Bijak Garam: Cara Sederhana Cegah Hipertensi dan Penyakit Degeneratif
-
HD Theranova: Terobosan Cuci Darah yang Tingkatkan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal
-
Stres Hilang, Jantung Sehat, Komunitas Solid: Ini Kekuatan Fun Run yang Wajib Kamu Coba!