Suara.com - Sendiri dalam waktu normal dan sendiri dalam waktu pandemi corona membuat efek kesepian yang berbeda. Hal tersebut dinyatakan oleh CEO dan salah satu pendiri aplikasi kesejahteraan mental Remente, David Brudo pada Insider.
Brudo menyatakan, bahwa mendapatkan waktu sendiri di antara jadwal yang padat sangat baik untuk kesehatan. Waktu sendiri atau me time akan meningkatkan kesadaran diri, kreativitas, dan inovasi.
Sementara kesendirian di tengah pandemi corona Covid-19 malah akan berdampak sebaliknya pada psikologi.
"Dalam skenario baru dan asing ini, kesendirian telah berubah dari kemewahan yang jarang menjadi kenyataan sehari-hari, tanpa akhir yang jelas," kata Brudo pada Insider.
"Sementara Anda mungkin menyukai saat-saat menyendiri di masa lalu, pemandangan saat ini mungkin membuatmu merasa sesak dan cemas," tambahnya.
Ini karena ada garis tipis antara kesunyian yang sehat menjadi berpotensi merusak.
Menurut Brudo, dipaksa tinggal di rumah bisa saat pandemi bisa membuat Anda merasa terjebak. Seminggu setelah terkurung, seseorang akan merasa rindu dengan interaksi dan sentuhan langsung yang merangsang oksitoksin (hormon cinta).
"Penelitian telah menemukan bahwa oksitosin memiliki dampak positif pada respons emosional yang berkontribusi pada relaksasi, kepercayaan, dan stabilitas psikologis," kata Brudo.
"Oksitosin terbukti mengurangi respon stres, termasuk kecemasan. Kurangnya oksitosin dari sentuhan dapat memiliki efek merusak yang kesepian, kecemasan, dan depresi," tambahnya.
Baca Juga: Tabrak Avanza hingga Pengemudi Tewas Terbakar, Sopir Mercy Jadi Tersangka
Alasan lain isolasi diri dapat menyebabkan gangguan atau kesal adalah karena waktu sendirian biasanya merupakan kemewahan yang ditentukan sendiri. Tapi isolasi menjadi ancaman bagi kebebasan yang disebut "reaktansi psikologis."
"Sebagai manusia, kita tidak suka diberitahu apa yang harus dilakukan, jika kita merasa pilihan kita dibatasi, kita cenderung ingin memberontak dan melakukan yang sebaliknya," ujar Brudo pada Insider.
Dengan efek psikologis seperti itu, maka cara lain untuk tetap baik-baik saja saat isolasi adalah mengubah pola pikir.
"Akui bahwa Anda tidak dapat mengendalikan situasi saat ini, tetapi Anda dapat mengendalikan reaksi Anda terhadapnya," kata Brudo.
Tanamkan pada diri bahwa isolasi diri bisa menyelamatkan diri sendiri dan orang lain.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
Terkini
-
Menopause dan Risiko Demensia: Perubahan Hormon yang Tak Bisa Diabaikan
-
Penelitian Ungkap Mikroplastik Memperparah Penyempitan Pembuluh Darah: Kok Bisa?
-
Lari Sambil Menjelajah Kota, JEKATE Running Series 2025 Resmi Digelar
-
Di Balik Duka Banjir Sumatera: Mengapa Popok Bayi Jadi Kebutuhan Mendesak di Pengungsian?
-
Jangan Anggap Remeh! Diare dan Nyeri Perut Bisa Jadi Tanda Awal Penyakit Kronis yang Mengancam Jiwa
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Produksi Makanan Siap Santap, Solusi Pangan Bernutrisi saat Darurat Bencana
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi