Suara.com - Li Wenliang, dokter China yang menjadi whistleblower wabah Covid-19 pertama kali akhirnya diberi penghargaan besar oleh pemerintah. Sayangnya penobatan sebagai "martir" baru diberikan setelah dokter tersebut meninggal dan sempat dibungkam oleh kepolisian Wuhan.
Mengalihbahasakan dari Business Insider, Li termasuk di antara 12 petugas medis yang meninggal dan diberikan kehormatan resmi oleh Partai Komunis Tiongkok pada hari Kamis (2/4/2020).
Sebutan martir adalah kehormatan tertinggi yang dapat diberikan Partai Komunis kepada seorang warga. Penghargaan itu diiberikan kepada mereka yang tewas saat bekerja untuk melayani Tiongkok.
Li adalah seorang dokter mata yang bekerja di Rumah Sakit Pusat Wuhan. Pada akhir Desember, ia bercerita pada rekan-rekannya tentang melalui WeChat tentang datangnya wabah yang mengkhawatirkan.
Saat itu, dokter Li menyebut Covid-19 dengan penyakit baru yang mirip sindrom pernafasan akut akut (SARS).
Sayangnya, imbauan awal Li malah disebut sebagai pembuat keresehan. Ia dipaksa oleh pihak kepolisian Wuhan untuk menandatangani surat yang mengakui bahwa dia telah menyebarkan desas-desus dan membuat berita palsu.
Li kemudian tertular virus corona dan meninggal pada 7 Februari di Rumah Sakit Pusat Wuhan, tempat ia bekerja.
Beberapa hari sebelum kematiannya, Li mengatakan kepada The New York Times melalui pesan singkat.
"Jika para pejabat telah mengungkapkan informasi tentang epidemi sebelumnya, saya pikir itu akan jauh lebih baik. Harus ada lebih banyak keterbukaan dan transparansi," kata Li pada The New York Times.
Baca Juga: Tak Disarankan Kemenkes, Pemkot Surabaya Enggan Bongkar Bilik Disinfektan
Kematiannya disambut dengan kemarahan dari banyak orang Tiongkok. Masyarakat meminta pemerintah memberikan kebebasan berbicara, memutuskan sensor oleh negara, dan permintaan maaf kepada Li.
Pada 19 Maret, badan anti-korupsi utama China, Komisi Pengawas Nasional (NSC), memutuskan bahwa hukuman yang diberikan pada Li adalah tindakan yang tidak patut.
NSC mengatakan polisi harus bertanggung jawab dan hukuman Li harus dibatalkan.
China secara proaktif menyensor konten di media sosial yang kritis terhadap respons negara terhadap krisis Covid-19. Pada awal Maret, sebuah undang-undang baru mulai berlaku yang mengkriminalkan pengiriman konten ilegal dan negatif yang kritis terhadap pemerintah.
Pada Sabtu (4/4/2020) pukul 10 pagi waktu setempat, seluruh warga China akan menciptakan keheningan selama tiga menit untuk menghormati semua martir yang tewas saat melawan virus corona.
Berita Terkait
Terpopuler
- 17 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 20 September: Klaim Pemain 110-111 dan Jutaan Koin
- Siapa Zamroni Aziz? Kepala Kanwil Kemenag NTB, Viral Lempar Gagang Mikrofon Saat Lantik Pejabat!
- Prompt Gemini AI untuk Edit Foto Masa Kecil Bareng Pacar, Hasil Realistis dan Lucu
- Bali United: 1 Kemenangan, 2 Kekalahan, Johnny Jansen Dipecat?
- 10 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 21 September 2025, Kesempatan Klaim Pemain OVR 110-111
Pilihan
-
Stanley Matthews: Peraih Ballon dOr Pertama yang Bermain hingga Usia 50 Tahun
-
Jordi Amat Tak Sabar Bela Timnas Indonesia Hadapi Arab Saudi
-
Hasil BRI Super League: Persib Menang Comeback Atas Arema FC
-
Malaysia Turunin Harga Bensin, Netizen Indonesia Auto Julid: Di Sini yang Turun Hujan Doang!
-
Drama Bilqis dan Enji: Ayu Ting Ting Ungkap Kebenaran yang Selama Ini Disembunyikan
Terkini
-
Terapi Imunologi Sel: Inovasi Perawatan Kesehatan untuk Berbagai Penyakit Kronis
-
72% Sikat Gigi Dua Kali Sehari, Kok Gigi Orang Indonesia Masih Bermasalah? Ini Kata Dokter!
-
Padel Court Pertama Hadir di Dalam Mal, Bawa Olahraga Jadi Makin Fun!
-
Nyaris Setengah Anak Indonesia Kekurangan Air Minum: Dampaknya ke Fokus dan Belajar
-
Event Lari Paling Seru! 8.500 Pelari Pulang Happy dengan Goodie Bag Eksklusif
-
Manfaat Donor Darah Kurang Maksimal Tanpa Peralatan Pendukung Terbaik
-
Awas, Penyakit Jantung Koroner Kini Mulai Serang Usia 19 Tahun!
-
Anak Rentan DBD Sepanjang Tahun! Ini Jurus Ampuh Melindungi Keluarga
-
Main di Luar Lebih Asyik, Taman Bermain Baru Jadi Tempat Favorit Anak dan Keluarga
-
Dari Donor Kadaver hingga Teknologi Robotik, Masa Depan Transplantasi Ginjal di Indonesia