Suara.com - Orang dengan riwayat penyakit kronis termasuk kelompok yang rentan terinfeksi virus corona Covid-19. Tetapi, orang yang mengonsumsi steroid untuk mengatasi penyakit kronisnya memiliki risiko yang lebih tinggi.
Orang yang mengonsumsi kortikosteroid akan lebih berisiko terinfeksi virus dan mengalami gejala parah akibat virus corona Covid-19.
Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism (JCEM) telah mengatakan bahwa orang yang mengonsumsi glukokortikoid cenderung mengalami gejala parah akibat virus corona Covid-19. Glukokortikoid adalah obat yang diresepkan dokter untuk penyakit radang kronis, seperti asama, penyakit paru obstruktif kronik dan radang usus.
Dokter meresepkan obat ini karena mampu mengurangi peradangan secara signifikan. Tetapi, kemungkinan ada hubungan antara kortikosteroid glukokortikoid dan corona Covid-19.
Menurut JCEM dilansir oleh Medical News Today, artinya orang yang mengonsumsi glukokortikoid lebih mungkin terinfeksi virus corona Covid-19 karena sistem kekebalan tubuhnya yang lemah. Sehingga tubuh mereka tidak mampu melawan virus.
Saat ini Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan penggunakan glukokortikoid untuk mengobati pasien corona Covid-19.
Namun, orang yang terinfeksi virus corona Covid-19 dan pernah mengonsumsi glukokortikoid selama lebih dari 3 bulan sebelumnya. Maka, dokter perlu mempertimbangkannya untuk terapi glukokortikoid parenteral karena riwayatnya tersebut.
Menurut Pusat Informasi Bioteknologi Nasional, efek antiinflamasi dan imunosupresif glukokortikoid tergantung pada dosisnya. Efek imunosupresif biasanya terlihat terutama pada dosis yang lebih tinggi.
Perlu dipahami, seseorang yang mengonsumsi glukokortikoid lebih rentan terhadap Covid-19 melampaui efek imunosupresif obat dan mengendalikan penyakit yang mendasarinya tetap hal utama.
Baca Juga: Kabar Baik, Obat Klorokuin untuk Corona akan Diproduksi di Dalam Negeri
Contohnya, orang yang mengonsumsi glukokortikoid dosis tinggi lebih rentan terhadap corona Covid-19, karena gangguan kekebalan tubuhnya saat mengonsumsi steroid. Gangguan kekebalan tubuh inilah yang perlu dikontrol.
Berita Terkait
Terpopuler
- Panglima TNI Kunjungi PPAD, Pererat Silaturahmi dan Apresiasi Peran Purnawirawan
- Anak Jusuf Hamka Diperiksa Kejagung Terkait Dugaan Korupsi Tol, Ada Apa dengan Proyek Cawang-Pluit?
- Cara Edit Foto Pernikahan Pakai Gemini AI agar Terlihat Natural, Lengkap dengan Prompt
- Profil Komjen Suyudi Ario Seto, Calon Pengganti Kapolri Listyo Sigit Prabowo?
- Dedi Mulyadi 'Sentil' Tata Kota Karawang: Interchange Kumuh Jadi Sorotan
Pilihan
-
Desy Yanthi Utami: Anggota DPRD Bolos 6 Bulan, Gaji dan Tunjangan Puluhan Juta
-
Kabar Gembira! Pemerintah Bebaskan Pajak Gaji di Bawah Rp10 Juta
-
Pengumuman Seleksi PMO Koperasi Merah Putih Diundur, Cek Jadwal Wawancara Terbaru
-
4 Rekomendasi HP Tecno Rp 2 Jutaan, Baterai Awet Pilihan Terbaik September 2025
-
Turun Tipis, Harga Emas Antam Hari Ini Dipatok Rp 2.093.000 per Gram
Terkini
-
3.289 Kasus Baru Setiap Tahun: Mengenal Multiple Myeloma Lebih Dekat Sebelum Terlambat
-
Konsistensi Lawan Katarak Kongenital, Optik Ini Raih Penghargaan Nasional
-
Apa Itu HB Dosting Hexyl? Doktif Klaim Hexylresorcinol Pengganti Hydroquinone
-
Perempuan Wajib Tahu! 10.000 Langkah Sederhana Selamatkan Tulang dari Pengeroposan
-
Kemenkes Catat 57 Persen Orang Indonesia Sakit Gigi, Tapi Cuek! Ini Dampak Ngerinya Bagi Kesehatan
-
5 Rekomendasi Obat Cacing yang Aman untuk Anak dan Orang Dewasa, Bisa Dibeli di Apotek
-
Sering Diabaikan, Masalah Pembuluh Darah Otak Ternyata Bisa Dideteksi Dini dengan Teknologi DSA
-
Efikasi 100 Persen, Vaksin Kanker Rusia Apakah Aman?
-
Tahapan Skrining BPJS Kesehatan Via Aplikasi dan Online
-
Rusia Luncurkan Vaksin EnteroMix: Mungkinkah Jadi Era Baru Pengobatan Kanker?