Suara.com - Sejauh ini pasien yang sembuh dari virus corona Covid-19 dipercaya tidak akan terinfeksi lagi. Tetapi, sebuah penelitian di China menemukan sejumlah pasien yang sembuh justru memiliki antibodi sangat rendah.
Sebelumnya, pemerintah telah memesan 17,5 juta kit antibodi. Alat ini berfungsi mendeteksi antibodi pasien yang sedang terinfeksi dan sudah pulih dari virus corona Covid-19.
Namun, para ilmuwan dari China telah menemukan bahwa sekitar sepertiga dari pasien yang berhasil sembuh justru memiliki tingkat antibodi sangat rendah dalam darahnya.
Peneliti Universitas Fudan di China pun membuat penemuan setelah menganalisis sampel darah dari 175 pasien yang menjalani perawatan di Pusat Kesehatan Masyarakat Shanghai.
Mereka melibatkan semua pasien yang sudah pulih dari virus corona Covid-19. Hasilnya, sebanyak 30 persen pasien yang masih muda justru memiliki antibodi sangat rendah.
Meski demikian, kadar protein akan meningkat seiring bertambahnya usia. Karena pasien yang berusia antara 60 hingga 85 tahun menunjukkan jumlah antibodi 3 kali lipat dari kelompok orang usia 15 hingga 39 tahun.
Temuan ini sekaligus menegaskan bahwa penyakit ini paling mematikan ketika memicu respons kekebalan yang ekstrem. Lalu orang berusia 70 tahun ke atas lebih berisiko meninggal dunia.
Namun, protein ini tidak terdeteksi sama sekali dalam 10 pasien yang pernah dinyatakan positif terinfeksi dan akhirnya sembuh dari virus corona Covid-19. Sehingga para peneliti memeringatkan mereka berisiko terkena virus corona Covid-19 kedua kalinya.
Temuan para ilmuwan ini juga menunjukkan bahwa tes antibodi sangat diperlukan lebih jauh dalam menangani pasien virus corona Covid-19. Tetapi, tes antibodi ini masih menimbulkan perdebatan di Inggris.
Baca Juga: Bersihkan Ginjal secara Alami, Cobalah Konsumsi 4 Obat Herbal Ini!
"Jika banyak orang yang memiliki tingkat antibodi rendah terhadap virus corona, maka setiap tes komunitas perlu memiliki sensitivitas yang tinggi. Karena itu, Inggris masih menunda tes antibodi," kata Paul Hunter, profesor kedokteran dan penyakit menular di University of East Anglia di Norwich dikutip dari The Sun.
Saat seseorang terinfeksi virus corona Covid-19, tubuh akan mulai membuat protein yang dirancang khusus sebagai antibodi yang melawan virus tersebut.
Setelah pulih, antibodi itu mengapung dalam darah selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Dengan begitu, tubuhnya akan mempertahankan diri seandainya terinfeksi virus corona Covid-19 lagi.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 4 Rekomendasi Cushion dengan Hasil Akhir Dewy, Diperkaya Skincare Infused
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Daftar Promo Alfamart Akhir Tahun 2025, Banyak yang Beli 2 Gratis 1
Pilihan
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
-
Seni Perang Unai Emery: Mengupas Transformasi Radikal Aston Villa
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
Terkini
-
Fakta Super Flu, Dipicu Virus Influenza A H3N2 'Meledak' Jangkit Jutaan Orang
-
Gigi Goyang Saat Dewasa? Waspada! Ini Bukan Sekadar Tanda Biasa, Tapi Peringatan Serius dari Tubuh
-
Bali Menguat sebagai Pusat Wellness Asia, Standar Global Kesehatan Kian Jadi Kebutuhan
-
Susu Creamy Ala Hokkaido Tanpa Drama Perut: Solusi Nikmat buat yang Intoleransi Laktosa
-
Tak Melambat di Usia Lanjut, Rahasia The Siu Siu yang Tetap Aktif dan Bergerak
-
Rahasia Sendi Kuat di Usia Muda: Ini Nutrisi Wajib yang Perlu Dikonsumsi Sekarang
-
Ketika Anak Muda Jadi Garda Depan Pencegahan Penyakit Tak Menular
-
GTM pada Anak Tak Boleh Dianggap Sepele, Ini Langkah Orang Tua untuk Membantu Nafsu Makan
-
Waspada! Pria Alami Sperma Kosong hingga Sulit Punya Buat Hati, Dokter Ungkap Sebabnya
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit