Suara.com - Penyanyi Rita Wilson mengklaim mengalami "efek samping yang ekstrem" setelah dirawat dengan obat klorokuin.
Seperti diketahui, Rita Wilson dan suaminya, Tom Hanks sempat dinyatakan positif Covid-19 di Australia.
Kala itu, keduanya sedang melakukan tur keliling Australia, yang sedang syuting film Baz Luhrmann tentang Elvis Presley. Keduanya dites positif Covid-19 pada 12 Maret 2020.
Seperti dilansir dari The Guardian, Wilson dan Hanks dirawat di rumah sakit Universitas Gold Coast di Queensland untuk perawatan. Di sana mereka diberikan klorokuin setelah mengalami demam 38,9C.
Obat-obatan klorokuin dan hydroxychloroquine sebelumnya memang digunakan untuk mengobati malaria. Tetapi kemampuan mereka untuk mengobati Corona Covid-19 masih diperdebatkan oleh para ahli.
"Mereka memberi saya klorokuin. Saya tahu orang-orang telah membicarakan obat ini. Tetapi saya hanya dapat memberi tahu Anda bahwa - saya tidak tahu apakah obat itu bekerja atau apakah sudah waktunya demam berhenti,"katanya kepada saluran TV Amerika CBS.
Rita Wilson melanjutkan bahwa obat itu memang mampu meredakan demamnya, tetapi juga memiliki efek samping yang ekstrem pada dirinya.
"Saya benar-benar mual, saya menderita vertigo dan otot-otot saya terasa sangat lemah ... Saya pikir orang-orang harus sangat mempertimbangkan obat itu," kata dia.
Seorang juru bicara untuk rumah sakit Universitas Gold Coast tidak akan mengkonfirmasi apakah Tom Hanks dan Rita Wilson diberi klorokuin , tetapi mengatakan bahwa "pasien terpilih" memang menerima obat itu.
Baca Juga: Klaim Bahaya untuk Jantung, Brasil Setop Riset Klorokuin untuk Obat Corona
"Gold Coast Health telah menggunakan berbagai obat pada pasien dengan Covid-19 yang lebih parah. Chloroquine, hydroxychloroquine dan lopinavir-ritonavir telah digunakan pada pasien tertentu," kata seorang juru bicara.
Obat yang sudah berusia puluhan tahun dalam dua uji coba Australia terkait dengan Corona Covid-19, tetapi para ahli mendesak agar berhati-hati
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump mengumumkan efektivitas bahan kimia tersebut pada bulan Maret, tetapi penasihat penyakit menular top AS, Dr Anthony Fauci, telah memperingatkan bahwa tidak ada cukup bukti medis untuk membuktikan bahwa itu berguna.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 10 Mobil Bekas Rp75 Jutaan yang Serba Bisa untuk Harian, Kerja, dan Perjalanan Jauh
Pilihan
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
-
Agensi Benarkan Hubungan Tiffany Young dan Byun Yo Han, Pernikahan di Depan Mata?
-
6 Smartwatch Layar AMOLED Murah untuk Mahasiswa dan Pekerja, Harga di Bawah Rp 1 Juta
Terkini
-
Jangan Anggap Remeh! Diare dan Nyeri Perut Bisa Jadi Tanda Awal Penyakit Kronis yang Mengancam Jiwa
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Produksi Makanan Siap Santap, Solusi Pangan Bernutrisi saat Darurat Bencana
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat
-
Di Balik Prestasi Atlet, Ada Peran Layanan Kesehatan yang Makin Krusial