Suara.com - Lebih dari satu bulan sudah pemerintah Indonesia mengimbau untuk menjalankan pembatasan interaksi sosial (social distancing) sebagai upaya untuk menekan penyebaran virus Corona Covid-19.
Kondisi tersebut mengharuskan kita banyak berkegiatan di rumah aja, seperti bekerja ataupun belajar.
Nah, berbicara soal belajar, salah satu tantangan yang sering dihadapi para orangtua saat anak belajar di rumah adalah sulitnya mendisiplinkan dan membuat anak tetap fokus belajar.
Hal ini disebabkan tidak berada di ruang kelas, tidak langsung berhadapan dengan guru, dan anak-anak berada di rumah menghadapi laptop atau ponsel.
Frida Dwiyanti, Sampoerna Academy Primary Principal, menyebutkan fokus berkaitan pada rentang konsentrasi anak.
Secara teori, usia anak adalah rentang waktu mereka dapat berkonsentrasi. Misalnya, anak berusia lima tahun, maka akan kuat berkonsentrasi selama lima menit. Sama halnya dengan anak usia tujuh tahun, maka dia akan kuat berkonsentrasi selama tujuh menit.
"Tapi perlu kita lihat kasusnya satu per satu. Karena anak-anak kan berbeda-beda," katanya dalam Live IG bersama Parentalk, Kamis (23/4/2020).
Contohnya, ada anak yang lebih condong ke cara belajar visual sehingga lebih betah melihat, atau ada anak auditori yang lebih terpacu dalam mendengar, atau bahkan ada anak yang kinestetik yang mengharuskan bergerak.
Oleh karena itu, lama pengajarannya harus dilihat. Semakin bawah level kelasnya, semakin pendek waktunya, misal 15-30 menit saja sudah cukup.
Baca Juga: Berkunjung ke De Kleine, Restoran Bernuansa Swiss di Batu Malang
"Karena semakin lama tidak baik untuk anak, anak juga akan capek dan cepat bosan, enggak konsentrasi," lanjutnya.
Maka dari itu, kata Frida, guru harus tetap melibatkan anak dalam pembelajaran. Misalnya memberikan interaksi seperti tanya jawab, diskusi, secara jelas dan tanpa berbelit-belit.
Supaya apa yang tersampaikan sambung dia, sesuai dengan kurikulum kita bisa tersampaikan dan tercerna dan diterima anak-anak.
"Fokus itu penting, gurunya fokus, anaknya fokus. Jadi dua belah pihak, antara anak dan guru, meski tidak berada di tempat yang sama, masih bisa berinteraksi. Meskipun interaksinya terpisah antara gadget sama media," pungkasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Ameena Akhirnya Pindah Sekolah Gegara Aurel Hermanyah Dibentak Satpam
- Dana Operasional Gubernur Jabar Rp28,8 Miliar Jadi Sorotan
- Kopi & Matcha: Gaya Hidup Modern dengan Sentuhan Promo Spesial
- Breaking News! Keponakan Prabowo Ajukan Pengunduran Diri Sebagai Anggota DPR RI Gerindra, Ada Apa?
- Prabowo Incar Budi Gunawan Sejak Lama? Analis Ungkap Manuver Politik di Balik Reshuffle Kabinet
Pilihan
-
Foto AI Tak Senonoh Punggawa Timnas Indonesia Bikin Gerah: Fans Kreatif Atau Pelecehan Digital?
-
Derby Manchester Dalam 3 Menit: Sejarah, Drama, dan Persaingan Abadi di Premier League
-
Disamperin Mas Wapres Gibran, Korban Banjir Bali Ngeluh Banyak Drainase Ditutup Bekas Proyek
-
Ratapan Nikita Mirzani Nginep di Hotel Prodeo: Implan Pecah Sampai Saraf Leher Geser
-
Emil Audero Jadi Tembok Kokoh Indonesia, Media Italia Sanjung Setinggi Langit
Terkini
-
Kemenkes Catat 57 Persen Orang Indonesia Sakit Gigi, Tapi Cuek! Ini Dampak Ngerinya Bagi Kesehatan
-
5 Rekomendasi Obat Cacing yang Aman untuk Anak dan Orang Dewasa, Bisa Dibeli di Apotek
-
Sering Diabaikan, Masalah Pembuluh Darah Otak Ternyata Bisa Dideteksi Dini dengan Teknologi DSA
-
Efikasi 100 Persen, Vaksin Kanker Rusia Apakah Aman?
-
Tahapan Skrining BPJS Kesehatan Via Aplikasi dan Online
-
Rusia Luncurkan Vaksin EnteroMix: Mungkinkah Jadi Era Baru Pengobatan Kanker?
-
Skrining BPJS Kesehatan: Panduan Lengkap Deteksi Dini Penyakit di Tahun 2025
-
Surfing Jadi Jalan Perempuan Temukan Keberanian dan Healing di Laut
-
Bayi Rewel Bikin Stres? Rahasia Tidur Nyenyak dengan Aromaterapi Lavender dan Chamomile!
-
Varises Esofagus Bisa Picu BAB dan Muntah Darah Hitam, Ini Penjelasan Dokter Bedah