Suara.com - Peneliti dari University of Minnesota mengatakan dalam sebuah studi baru mereka, apabila mengikuti pola yang ditetapkan flu Spanyol pada 1918 silam, pandemi Covid-19 kemungkinan akan bertahan hingga dua tahun dan akan ada gelombang kedua yang lebih buruk.
"Negara, wilayah, dan otoritas kesehatan harus merencanakan skenario terburuk. Termasuk tidak adanya vaksin atau herd immunity," tulis laporan dari Pusat Penelitian dan Kebijakan Penyakit universitas.
Menurut mereka, pemerintah juga harus memperingatkan konsep bahwa pandemi ini tidak akan segera berakhir dan masyarakat perlu bersiap untuk kebangkitan penyakit selanjutnya.
Dilansir USA Today, studi ini dipimpin oleh Dr. Kristine A. Moore, direktur medis di pusat University of Minnesota, sekaligus pakar pandemi dari Harvard dan univeritas Tulane.
Skenario kasus terburuk, dengan munculnya wabah secara besar-besaran pada akhir tahun, adalah salah satu dari tiga skenario yang tertuang dalam laporan.
Kemungkinan kedua, menurut peneliti, menunjukkan wabah virus corona dapat diikuti oleh serangkaian gelombang kecil pada 2021.
Dan skenario ketiga, yang tidak terlihat dalam pandemi sebelumnya, akan adanya penularan virus tanpa pola yang jelas secara lambat.
"Virus itu membuat komunitas global lengah, dan perjalanannya di masa depan masih sangat tidak terduga. Tidak ada bola kristal untuk memberi tahu kita apa yang akan terjadi di masa depa dan apa 'permainan akhir' untuk mengendalikan pandemi ini nantinya."
Peneliti juga menekankan, vaksin Covid-19 kemungkinan tidak akan tersedia sampai tahun depan. Dan, seperempat dari mereka yang terinfeksi mungkin tidak memiliki gejala, dan yang lain menyebarkan penyakit selama berhari-hari sebelum merasa sakit, pandemi influenza bersejarah dapat menjadi model terbaik.
Baca Juga: Bill Gates: Pengembangan Vaksin Covid-19 Adalah yang Tercepat di Dunia
Karena manusia tidak memiliki kekebalan alami dan virusnya sangat menular, hingga 70% dari populasi mungkin harus mengembangkan kekebalan sebelum penyebaran Covid-19 berkurang secara alami.
Artinya, pandemi kemungkinan akan bertahan 18 hingga 24 bulan dan virus akan tetap endemik sesudahnya.
"Banyak kebingungan, secara umum, didasarkan pada kesalahpahaman bahwa jika Anda mengendalikan epidemi sekali, maka Anda sudah selesai. Tidak ada alasan untuk memikirkan itu," kata ahli epidemiologi Harvard, Marc Lipstich.
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
Pilihan
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
Terkini
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif
-
Fenomena Banyak Pasien Kanker Berobat ke Luar Negeri Lalu Lanjut Terapi di Indonesia, Apa Sebabnya?
-
Anak Percaya Diri, Sukses di Masa Depan! Ini yang Wajib Orang Tua Lakukan!
-
Produk Susu Lokal Tembus Pasar ASEAN, Perkuat Gizi Anak Asia Tenggara