Suara.com - Pandemi Virus Corona Covid-19 Bikin Para Anti Vaksin Berubah Pikiran
Jika dalam sejumlah penyakit banyak anti vaksin yang menolak untuk divaksin, sikap mereka berbeda terkait dengan pandemi virus corona atau Covid-19.
Seperti dilansir dari Health24, beberapa dari mereka punya alasan tersendiri yang membuat kelompok anti vaksin berubah pikiran. Beberapa di antaranya karena tingkat infeksi coronavirus Covid-19 yang tinggi, serta pemahaman tentang bagaimana uji coba vaksin yang ketat.
Seorang mantan pegiat anti vaksin, Haley Searcy (26) dari Florida, mengatakan bahwa dia sama takutnya dengan vaksin seperti pada penyakit lainnya.
Tetapi sejak Covid-19 menyebar, ia melihat dulu seperti apa jadinya penyakit itu jika tidak dilawan dengan vaksin. Dia menambahkan uji coba vaksin yang ketat sebelum dibuat dan tersedia untuk umum juga membantu mengubah pikirannya.
Vaccine Confidence Project (VCP), sebuah kelompok penelitian di London School of Hygiene dan Tropical Medicine, Heidi Larson, mengatakan bahwa kesadaran publik tentang Covid-19 telah menyebabkan persepsi keseriusan penyakit untuk tumbuh.
Ia melanjutkan bahwa itu mungkin juga telah memicu orang-orang untuk memikirkan kembali kepercayaan mereka sebelumnya pada vaksin. Namun, Larson menambahkan bahwa banyak orang masih curiga terhadap vaksin Covid-19 yang potensial.
Sebuah studi baru oleh peneliti Texas Tech University, yang diterbitkan dalam jurnal Vaccine, menemukan bahwa mereka yang skeptis pada vaksin sebenarnya berpikir berbeda.
Penelitian ini melibatkan 158 peserta yang disurvei tentang tingkat skeptisisme vaksin mereka, dan menyimpulkan bahwa para anti vaksin sering melebih-lebihkan kemungkinan kejadian negatif, terutama yang jarang terjadi.
Baca Juga: Madonna Ngaku Punya Antibodi Corona, Tak Sabar Mau Keluar Rumah
Para peneliti juga tidak menemukan hubungan antara tingkat pendidikan peserta dan skeptisisme vaksin mereka.
WHO mencatat bahwa belum ada vaksin dan obat antivirus spesifik terhadap Covid-19 yang tersedia. Tetapi kemungkinan vaksin dan beberapa perawatan obat spesifik saat ini sedang diselidiki dan sedang diuji melalui uji klinis.
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Peran Sentral Psikolog Klinis di Tengah Meningkatnya Tantangan Kesehatan Mental di Indonesia
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif