Suara.com - Sekitar 42 Persen Masalah Gangguan Kejiwaan Disebabkan Faktor Genetik
Masalah kejiwaan di Indonesia mulai mendapat perhatian, terutama sejak beberapa selebriti dan figur publik secara terang-terangan mengaku memiliki masalah kejiwaan seperti bipolar atau gangguan suasana hati.
Namun bagi kebanyakan orang, mereka baru menyadari bahwa dirinya memiliki gangguan kejiwaan ketika menginjak masa remaja atau bahkan dewasa.
Padahal dalam ilmu kesehatan jiwa ditemukan fakta bahwa masalah kejiwaan bisa muncul karena faktor genetik.
"Kalau belakangan kita melihat problem kejiwaan ini ada faktor genetik bawaan. Contoh yang paling sering, sepertiga penduduk dunia pernah mengalami kecemasan. Gangguan kecemasan itu, 42 persen di antaranya, hasil penelitian ketika kongres di Jerman, itu terkait genetik," kata dokter spesialis kejiwaan Andri saat talkshow bergizi bersama dokter Tompi dan dokter Arti Indira pada siaran langsung Instagram, Selasa (5/5/2020).
Menurut Andri, orang yang memiliki faktor genetik masalah kejiwaan akan rentan mengalami gejala kecemasan yang lebih dominan daripada orang lainnya. Walaupun, memang 58 persen lainnya juga berasal dari faktor lingkungan.
"Artinya kalau kondisi cukup stabil, walaupun ada faktor genetik mungkin gak juga (alami gangguan kejiwaan)," ucapnya.
Andri menambahkan, merupakan tugas lingkungan sekitar untuk bisa dan lebih memahami orang dengan gangguan kejiwaan. Itu dilakukan guna lingkungan sekitar dapat beradaptasi dengan kesehatan mental harian orang tersebut.
Andri menjelaskan bahwa pada pengidap bipolar, orang akan sadar jika dirinya memiliki masalah kejiwaan. Sehingga biasanya, jika sudah tak mampu mengatasinya sendiri akan berobat pada psikiater.
Baca Juga: Kisah Kelam Eks Preman Jogja: Saat Itu Prinsipnya Dibunuh atau Membunuh
"Kalau orang bipolar dia menyadari. Banyak anak muda datang dengan gejala bipolar menyadari," katanya.
Berbeda dengan gangguan skizofrenia atau gangguan yang mempengaruhi ketidakmampuan untuk berpikir, merasakan, dan bersikap baik. Andri menjelaskan, kebanyakan pengidap skizofrenia akan merasa dirinya benar.
"Skizofrenia dia gak sadar telah mengalami gangguan. Dia merasa benar aja, dia merasa dirinya nabi, merasa diawasi," jelasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Selamat Datang Elkan Baggott, Belum Kering Tangis Timnas Indonesia
- Pondok Pesantren Lirboyo Disorot Usai Kasus Trans 7, Ini Deretan Tokoh Jebolannya
- Pengamat Pendidikan Sebut Keputusan Gubernur Banten Nonaktifkan Kepsek SMAN 1 Cimarga 'Blunder'
- Biodata dan Pendidikan Gubernur Banten: Nonaktifkan Kepsek SMA 1 Cimarga usai Pukul Siswa Perokok
- 6 Shio Paling Beruntung Kamis 16 Oktober 2025, Kamu Termasuk?
Pilihan
-
Patrick Kluivert Bongkar Cerita Makan Malam Terakhir Bersama Sebelum Dipecat
-
Dear PSSI! Ini 3 Pelatih Keturunan Indonesia yang Bisa Gantikan Patrick Kluivert
-
Proyek Sampah jadi Energi RI jadi Rebutan Global, Rosan: 107 Investor Sudah Daftar
-
Asus Hadirkan Revolusi Gaming Genggam Lewat ROG Xbox Ally, Sudah Bisa Dibeli Sekarang!
-
IHSG Rebound Fantastis di Sesi Pertama 16 Oktober 2025, Tembus Level 8.125
Terkini
-
Prodia Skrining 23.000 Lansia di Indonesia, Dukung Deteksi Dini dan Pencegahan Demensia
-
Turun Berat Badan Tanpa Drama, Klinik Obesitas Digital Ini Siap Dampingi Perjalanan Dietmu
-
Tips Jaga Kesehatan Kulit di Tengah Tumpukan Pekerjaan Akhir Tahun
-
RS Swasta Gelar Pameran Kesehatan Nasional, Ajak Publik Hidup Lebih Sehat dan Peduli Diri
-
Lawan Kanker: Tenaga Biomedis RI Digenjot Kuasai Teknologi Pencitraan Medis!
-
Lebih dari Sekadar Lari: Half Marathon dengan Pemandangan Ikonik Jakarta
-
Cuaca Panas Bikin Kulit Gatal dan Ruam Merah? Itu Tanda Alergi, Ini Obat yang Tepat
-
Peer Parenting: Rahasia Ibu Modern Membangun Generasi Luar Biasa
-
Rahmad Setiabudi Jadi Pelari Indonesia Tercepat di Chicago Marathon 2025
-
Kenapa Anak Muda Sekarang Banyak Terserang Vertigo? Ini Kata Dokter