Suara.com - Para ilmuwan, termasuk para ahli dari Harvard dan Yale meluncurkan petisi pada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk memberikan panduan tentang kualitas udara dalam ruangan saat melawan virus corona.
“Karena Covid-19 terus memberikan tekanan pada sistem kesehatan dan ekonomi secara global, kelompok ini meminta WHO untuk meninjau penelitian ekstensif yang menunjukkan tingkat kelembaban dalam ruangan antara 40 - 60 persen kelembaban relatif (RH)," kata kelompok ilmuan seperti yang dikutip dari New York Post.
"Ini adalah ambang batas optimal untuk menghambat penyebaran virus pernapasan seperti influenza, ambang batas tersebut bisa turun saat musim dingin,” tambahnya.
Kelembaban relatif mengukur uap air relatif terhadap suhu udara.
Melansir dari New York Post, para ilmuwan ingin WHO memperkenalkan pedoman yang jelas tentang tingkat kelembaban relatif yang lebih rendah untuk bangunan umum.
“Sembilan puluh persen dari kehidupan kita di negara maju dihabiskan di dalam ruangan yang berdekatan satu sama lain," kata Prof. Dr. Akiko Iwasaki Ph.D., dari Universitas Yale.
"Ketika udara luar yang dingin dengan sedikit kelembaban dipanaskan di dalam ruangan, kelembaban relatif udara turun menjadi sekitar 20 persen. Udara kering ini memberikan jalur yang jelas untuk virus di udara, termasuk Covid-19,” tambahnya.
"Itulah sebabnya saya merekomendasikan pelembab udara selama musim dingin dan mengapa saya merasa dunia akan menjadi tempat yang lebih sehat jika semua bangunan publik kita menjaga udara dalam ruangan mereka pada 40 hingga 60 persen RH," kata Iwasaki.
Menurut Dr. Stephanie Taylor, konsultan pengendalian infeksi di Harvard Medical School dan dosen terkemuka ASHRAE, memperhatikan kelembaban udara menjadi penting terutama saat pandemi virus corona.
Baca Juga: Didi Kempot Mualaf, Betrand Peto Kena Santet?
“Mengingat krisis Covid-19, sekarang lebih penting daripada sebelumnya untuk mendengarkan bukti yang menunjukkan kelembaban optimal dapat meningkatkan kualitas udara dalam ruangan dan kesehatan pernapasan," kata Taylor.
"Pedoman WHO tentang batas minimum kelembaban relatif untuk bangunan umum memiliki potensi untuk menetapkan standar baru udara dalam ruangan, meningkatkan kehidupan dan kesehatan jutaan orang," tambahnya.
Dalam sebuah studi baru-baru ini, para peneliti di Yale menjelaskan bahwa kelembaban dalam ruangan dapat memperlambat penyebaran virus corona.
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan