Suara.com - Infeksi virus corona Covid-19 dalam tingkat yang lebih parah bisa menyebabkan komplikasi seperti hipoksia, yakni kondisi seseorang kekurangan oksigen.
Tetapi, nampaknya Anda perlu memahami perbedaan antara hipoksia dan hipoksemia yang sama-sama termasuk kondisi kekurangan oksigen.
Pada kondisi kekurangan oksigen, artinya seseorang dalam keadaan berbahaya. Karena, otak, hati dan organ tubuh lain akan mengalami kerusakan hingga berhenti berfungsi karena kekurangan oksigen.
Dilansir dari Medicinenet.com, hipoksia adalah suatu kondisi atau keadaan di mana pasokan oksigen tidak mencukupi untuk menjalani kehidupan normal.
Sedangkan, hipoksemia adalah suatu kondisi atau keadaan di mana ada pasokan oksigen arteri yang rendah.
Secara umum, hipoksia dan/atau hipoksemia didiagnosis dengan pemeriksaan fisik dan menggunakan pemantau oksigen (pulse oximeters). Alat itu digunakan untuk menentukan kadar oksigen dalam sampel gas darah dan tes fungsi paru.
Hipoksia terkadang digunakan untuk menggambarkan kedua keadaan, yakni hipoksia dan hipoksemia.
Di dalam tubuh, hipoksemia bisa menyebabkan hipoksia (hipoksia jaringan) di berbagai jaringan. Pada organ dengan hipoksia serebral yang paling parah bisa mengakibatkan kerusakan otak hingga kematian.
Sebaliknya, seseorang yang mengalami hipoksia lingkungan atau kadar oksigen rendah akibat ketinggian atau tenggelam. Maka orang tersebut bisa mengalami hipoksemia.
Baca Juga: Masa Isolasi Mandiri, Kenapa Orang Mudah Marah Selama di Rumah Aja?
Adapun perawatan untuk hipoksia dan/atau hipoksemia dengan memberikan oksigen tambahan kepada pasien dan masuk ke dalam tubuh secepat mungkin.
Teknik perawatan hipoksia maupun hipoksemia ini tergantung pada kondisi pasien. Tetapi, perawatannya bisa mencakup oksigen dengan masker wajah atau kanula hidung, intubasi hingga ruang hiperbarik.
Di sisi lain, seseorang bisa mencegah terjadinya hipoksia maupun hipoksemia dengan menghindari keadaan yang bisa mengurangi konsentrasi oksigen di lingkungan atau menyediakan oksigen melalui kanula hidung atau masker oksigen.
Pencegahan ini bisa dilakukan dengan cara mengenali orang-orang yang memiliki kecenderungan bisa mengalami hipoksia atau hipoksemia.
Berita Terkait
Terpopuler
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Seret Nama Mantan Bupati Sleman, Dana Hibah Pariwisata Dikorupsi, Negara Rugi Rp10,9 Miliar
- Ini 5 Shio Paling Beruntung di Bulan Oktober 2025, Kamu Termasuk?
- Rumah Tangga Deddy Corbuzier dan Sabrina Diisukan Retak, Dulu Pacaran Diam-Diam Tanpa Restu Orangtua
- 5 Promo Asus ROG Xbox Ally yang Tidak Boleh Dilewatkan Para Gamer
Pilihan
-
3 Rekomendasi HP 1 Jutaan Baterai Besar Terbaru, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Menkeu Purbaya Pernah Minta Pertamina Bikin 7 Kilang Baru, Bukan Justru Dibakar
-
Dapur MBG di Agam Dihentikan Sementara, Buntut Puluhan Pelajar Diduga Keracunan Makanan!
-
Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
-
Harga Emas Antam Terpeleset Jatuh, Kini Dibanderol Rp 2.235.000 per Gram
Terkini
-
Miris! Ahli Kanker Cerita Dokter Layani 70 Pasien BPJS per Hari, Konsultasi Jadi Sebentar
-
Silent Killer Mengintai: 1 dari 3 Orang Indonesia Terancam Kolesterol Tinggi!
-
Jantung Sehat, Hidup Lebih Panjang: Edukasi yang Tak Boleh Ditunda
-
Siloam Hospital Peringati Hari Jantung Sedunia, Soroti Risiko AF dan Stroke di Indonesia
-
Skrining Kanker Payudara Kini Lebih Nyaman: Pemeriksaan 5 Detik untuk Hidup Lebih Lama
-
CEK FAKTA: Ilmuwan China Ciptakan Lem, Bisa Sambung Tulang dalam 3 Menit
-
Risiko Serangan Jantung Tak Pandang Usia, Pentingnya Layanan Terpadu untuk Selamatkan Nyawa
-
Bijak Garam: Cara Sederhana Cegah Hipertensi dan Penyakit Degeneratif
-
HD Theranova: Terobosan Cuci Darah yang Tingkatkan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal
-
Stres Hilang, Jantung Sehat, Komunitas Solid: Ini Kekuatan Fun Run yang Wajib Kamu Coba!