Suara.com - Sebuah studi baru menunjukkan bahwa reseptor aktivator plasminogen urokinase yang larut dalam protein (suPAR) dapat membantu para ilmuwan memprediksi pasien yang cenderung mengembangkan Covid-19 parah.
Dilansir dari Medical News Today, penelitian tersebut diterbikan di jurnal Critical Care. Studi ini dianggap dapat membantu dokter mengidentifikasi orang-orang yang lebih mungkin membutuhkan dukungan perawatan intensif.
Dalam penelitian ini, penulis melihat hubungan antara tingkat tinggi suPAR dalam darah orang dengan Covid-19 dan tingkat keparahan penyakit.
“Kami mengukur suPAR sebagai bagian dari diagnosa Covid-19, kami mungkin tahu siapa yang harus diawasi dan siapa yang bisa pulang," kata Prof. Jochen Reiser, Ralph C. Brown, MD, Profesor Ilmu Penyakit Dalam, Ketua Departemen Ilmu Penyakit Dalam di Rush University, Chicago, dan penulis penelitian terkait.
"Dengan memantau tingkat suPAR plasma memungkinkan pemantauan yang lebih baik dan menerapkan perawatan baru dan suportif sejak dini,” tambahnya.
Studi ini menganalisis data 15 pasien Covid-19 dari Rush University Medical Center dan 57 pasien dari University of Athens Medical School di Yunani.
Setelah mengukur kadar darah pasien, para peneliti melihat berapa lama sebelum pasien membutuhkan intubasi yang melibatkan ventilator.
Para peneliti menemukan bahwa mereka yang memiliki kadar suPAR yang lebih tinggi dalam darah membutuhkan intubasi lebih cepat daripada mereka yang memiliki kadar suPAR yang lebih rendah.
“Ini adalah laporan pertama di dunia yang menunjukkan bahwa suPAR yang meningkat pada pasien Covid-19 dapat memprediksi keparahan," kata Raiser.
Baca Juga: Waspada, Ini Kaitan Gangguan Tidur dengan Hipertensi
“Karena suPAR adalah reaktan dari sistem kekebalan tubuh bawaan, itu adalah indikator tingkat keparahan penyakit. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kadar suPAR plasma, semakin buruk paru-paru pasien. Semakin tinggi tingkat suPAR, semakin memungkinkan pasien membutuhkan ntubasi,” tambahnya.
Penelitian ini hanya studi kecil dan karena itu temuannya memerlukan penelitian lebih lanjut untuk mengkonfirmasi bahwa suPAR adalah prediktor efektif keparahan Covid-19.
Seperti disebutkan dalam artikel terbaru di BMJ, ini adalah masalah umum untuk penelitian yang dipublikasikan saat ini pada model prediksi Covid-19.
Meskipun demikian, temuan ini mengarahkan para peneliti untuk melakukan penelitian di masa depan, termasuk untuk menargetkan suPAR adalah pilihan pengobatan.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
-
Dampingi Presiden, Bahlil Ungkap BBM hingga Listrik di Sumbar Tertangani Pasca-Bencana
Terkini
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan
-
Fenomena Sadfishing di Media Sosial, Bagaimana Cara Mengatasinya?
-
5 Kesalahan Umum Saat Memilih Lagu untuk Anak (dan Cara Benarnya)
-
Heartology Cetak Sejarah: Operasi Jantung Kompleks Tanpa Belah Dada Pertama di Indonesia