Suara.com - Orangtua, Kenali Gelaja Hipertensi Pada Anak
Anak-anak dan remaja juga bisa mengalami penyakit hipertensi. Berbeda dengan orang dewasa, hipertensi pada anak dibagi dalam tiga kategori berdasarkan derajatnya.
Konsultan Nefrologi Anak DR. Dr. Krisni Subandiyah, Sp. A (K) menjelaskan, hipertensi pada anak dibedakan menjadi hipertensi ringan atau derajat 1, derajat 2, dan krisis hipertensi.
"Usia 1-13 tahun tensi 130/80 sampai 138/89 itu sudah kita kategorikan sebagai hipertensi derajat 1. Anak usia di atas 13 tahun juga sama," kata Krisni dalam siaran langsung bersama Instagram Ikatan Dokter anak Indonesia (IDAI), Selasa (19/5/2020).
Sementara derajat 2, lanjutnya, apabila tensi anak lebih atau sama dengan 140/90 mmHg. Sedangkan kondisi krisis hipertensi dialami pasien anak saat dalam keadaan mendadak dibawa ke rumah sakit dan tensinya mencapai 180/130 mmHg atau lebih.
Krisni menyampaikan bahwa hipertensi pada anak tidak memiliki gejala fisik yang jelas. Sehingga seringkali anak dibawa ke rumah sakit sudah dalam keadaan derajat 2 atau krisis hipertensi.
"Kadang kalau pasien krisis hipertensi pun kalau datang ke poliklinis itu bukan datang untuk hipertensi. Jadi biasanya datang karena ada gejala yang lain," kata Krisni.
Menurutnya, tidak ada gejala yang jelas saat hipertensi anak masih pada kategori derajat 1. Tetapi pada hipertensi derajat 2, ada beberapa gejala yang bisa dialami anak.
"Misalnya anak sering sakit kepala, vertigo, kadang-kadang anak mengalami gangguan penglihatan. Sering disertai mual dan muntah-muntah. Kalau sudah krisis hipertensi pasien biasanya sudah kejang atau koma," ucapnya.
Baca Juga: Mangkal di Tanah Abang, Pedagang Kelontong Diisolasi di Bilik Corona
Selain anak-anak, Krisni menyampaikan bahwa bayi juga bisa mengalami hipertensi. Penyebab yang paling sering terjadi karena adanya kelainan pada ginjal atau ada penyempitan pada darah.
Pada bayi dan anak-anak, 60 sampai 80 persen adalah kasus hipertensi sekunder atau disebakan karena ada gangguan kesehatan lain. Sementara hipertensi primer terjadi pada sekitar 30 persen kasus.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Perbedaan Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia yang Sering Dianggap Sama
- 5 Mobil Bekas yang Perawatannya Mahal, Ada SUV dan MPV
- 5 Mobil SUV Bekas Terbaik di Bawah Rp 100 Juta, Keluarga Nyaman Pergi Jauh
- Sulit Dibantah, Beredar Foto Diduga Ridwan Kamil dan Aura Kasih Liburan ke Eropa
- 13 Promo Makanan Spesial Hari Natal 2025, Banyak Diskon dan Paket Hemat
Pilihan
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
-
Libur Nataru di Kota Solo: Volume Kendaraan Menurun, Rumah Jokowi Ramai Dikunjungi Wisatawan
-
Genjot Daya Beli Akhir Tahun, Pemerintah Percepat Penyaluran BLT Kesra untuk 29,9 Juta Keluarga
-
Genjot Konsumsi Akhir Tahun, Pemerintah Incar Perputaran Uang Rp110 Triliun
-
Penuhi Syarat Jadi Raja, PB XIV Hangabehi Genap Salat Jumat 7 Kali di Masjid Agung
Terkini
-
Gigi Goyang Saat Dewasa? Waspada! Ini Bukan Sekadar Tanda Biasa, Tapi Peringatan Serius dari Tubuh
-
Bali Menguat sebagai Pusat Wellness Asia, Standar Global Kesehatan Kian Jadi Kebutuhan
-
Susu Creamy Ala Hokkaido Tanpa Drama Perut: Solusi Nikmat buat yang Intoleransi Laktosa
-
Tak Melambat di Usia Lanjut, Rahasia The Siu Siu yang Tetap Aktif dan Bergerak
-
Rahasia Sendi Kuat di Usia Muda: Ini Nutrisi Wajib yang Perlu Dikonsumsi Sekarang
-
Ketika Anak Muda Jadi Garda Depan Pencegahan Penyakit Tak Menular
-
GTM pada Anak Tak Boleh Dianggap Sepele, Ini Langkah Orang Tua untuk Membantu Nafsu Makan
-
Waspada! Pria Alami Sperma Kosong hingga Sulit Punya Buat Hati, Dokter Ungkap Sebabnya
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek