Suara.com - Pandemi Covid-19 tidak hanya berdampak pada sektor kesehatan semata. Dampak sektor ekonomi, khususnya pendapatan keluarga, membuat banyak orang jadi kesulitan untuk mengonsumsi makanan bergizi seimbang.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang terdiri FAO, IFAD, UNFPA, WFP, WHO, dan UNICEF melalui rilisnya yang diterima Suara.com, Jumat (22/5/2020), menyebut di Indonesia ada sekitar 3 juta orang kehilangan pekerjaan karena pandemi Covid-19.
"Sekitar 3 juta orang kehilangan pekerjaan atau mata pencaharian mereka, anak-anak tidak lagi dapat mengakses program pemberian makanan bergizi untuk anak sekolah, dan beberapa keluarga berjuang
untuk membeli makanan yang biasa mereka konsumsi," bunyi rilis tersebut.
Akibat sebagian besar orang harus menghabiskan lebih banyak waktu di rumah, alhasil makanan yang dikonsumsi jadi kurang beragam, dan konsep gizi seimbang yang selama ini digaungkan tidak terlaksana dengan baik.
"Terjadi perubahan konsumsi makanan menjadi kurang beragam, serta meningkatnya konsumsi makanan olahan dan berkurangnya konsumsi makanan bergizi, termasuk buah-buahan dan sayuran segar," terangnya.
Keterangan tertulis itu juga membenarkan bagaimana social distancing alias pembatasan sosial membuat sistem dan rantai pasokan pangan menjadi terganggu. Alhasil, makanan sehat berkualitas dengan harga terjangkau sulit didapatkan.
"Mengonsumsi makanan yang seimbang, beragam, bergizi, termasuk biji-bijian, kacang-kacangan, buah-buahan, sayuran, dan sumber pangan hewani merupakan salah satu cara penting untuk meningkatkan kesehatan, gizi, dan menjaga sistem kekebalan tubuh," katanya.
Di sinilah kemudian PBB merekomendasikan pemerintah harus menjamin dan memberikan dukungan pasokan pangan yang cukup. Juga memastikan agar tidak adanya pemborosan makanan, khususnya kelompok rentan agar memperoleh makanan yang sehat dan terjangkau.
"Penting juga untuk menyampaikan pesan yang jelas tentang pentingnya mengonsumsi makanan sehat dan perlunya membatasi makanan yang berkontribusi terhadap kelebihan berat badan dan obesitas, serta meningkatkan risiko penyakit tidak menular, masalah gigi, dan kesehatan jangka panjang yang buruk," tutup keterangan PBB.
Baca Juga: Geliat Bisnis Makanan Sehat Bertahan di Tengah Pandemi Corona
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- Jordi Cruyff Sudah Tinggalkan Indonesia, Tinggal Tandatangan Kontrak dengan Ajax
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
Pilihan
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
-
Listrik Aceh, Sumut, Sumbar Dipulihkan Bertahap Usai Banjir dan Longsor: Berikut Progresnya!
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
Terkini
-
Dapur Jadi Ruang Kelas: Cara Efektif Ajarkan Gizi pada Anak Melalui Memasak
-
Waspada! Ini Alasan Migrain Sangat Umum Menyerang Anak dan Remaja
-
Ikan Sidat, Harta Karun Gizi Asli Indonesia: Rahasia Nutrisi Tinggi dalam Susu Flyon
-
Wajib Tahu! Kata Dokter, Korset Pasca Caesar Bukan Cuma Tren, Tapi Kunci Pemulihan Cepat
-
Bocoran Zaskia Sungkar: 3 Produk Wajib Ada untuk Kulit Newborn, Apa Saja?
-
Mengapa Jenazah Banjir Sumatera Tanpa Identitas Dikuburkan Tanpa Tunggu Identifikasi?
-
Rahasia Umbi Garut di Minuman Ini: Solusi Alami Obati GERD dan Maag yang Direkomendasikan Ahli Gizi!
-
Kewalahan Hadapi Dunia Digital? Ini Tantangan Parenting Terbesar Orang Tua Masa Kini
-
Cuaca Lagi Labil, Ini Tips Atasi Demam Anak di Rumah
-
Gangguan Irama Jantung Intai Anak Muda, Teknologi Ablasi Dinilai Makin Dibutuhkan