Suara.com - Hidroksiklorokuin, obat yang dijadikan perawatan Covid-19 ternyata tidak memberikan efek positif. Sebaliknya, obat itu disebut berisiko membuat masalah jantung dan kematian.
Melansir dari South China Morning Post, penelitian terhadap hampir dari 100.000 kasus dari 671 rumah sakit di enam benua menyatakan, bahwa hidroksiklorokuin tidak memberikan efek pada pasien Covid-19. Penelitian tersebut telah diterbitkan di The Lancet pada Jumat (22/5/2020).
Studi ini meneliti kasus 96.032 pasien rawat inap, di antaranya 14.888 dirawat dengan hidroksiklorokuin, klorokuin atau kombinasi obat dengan kelas antibiotik yang disebut macrolides.
Belum ada uji coba secara acak tentang penggunaan hidroksiklorokuin untuk mengobati Covid-19, tetapi penelitian ini adalah yang terbesar dan terlengkap dari jenisnya pada obat tersebut sejauh ini.
Penelitian ini dilakukan oleh para peneliti dari Harvard Medical School, firma data kesehatan Surgisphere, University Hospital of Zurich, University of Utah dan HCA Research Institute.
“Meskipun studi pengamatan tidak dapat sepenuhnya menjelaskan faktor perancu yang tidak terukur, temuan kami menunjukkan tidak hanya tidak adanya manfaat pengobatan tetapi (hidroksiklorokuin atau klorokuin) juga berpotensi bahaya pada pasien yang dirawat di rumah sakit dengan Covid-19," tulis para peneliti.
Sebanyak 14.888 orang yang diobati dengan rejimen klorokuin diberi obat dalam waktu 48 jam setelah didiagnosis dengan Covid-19 dan tidak menggunakan ventilator mekanik ketika mereka memulai pengobatan.
Jumlah kasus dalam setiap pengobatan berkisar dari 1.868 hingga 6.211. Sisanya berada di kelompok kontrol.
Setelah mengklasifikasi usia, jenis kelamin, ras atau etnis, komorbiditas yang mendasari dan keparahan penyakit pada awal, pasien yang menerima perawatan ini masing-masing secara independen terkait dengan peningkatan risiko kematian di rumah sakit.
Baca Juga: Kota Malang Pastikan Tak Perpanjang PSBB Corona, Sabtu Besok Selesai
Sementara kelompok kontrol memiliki angka kematian 9,3 persen, kelompok dengan pengobatan hidroksiklorokuin memiliki angka kematian dari 16,4 persen menjadi 23,8 persen.
Selain itu, pasien dalam kelompok pengobatan hidroksiklorokuin juga melaporkan persentase kelainan detak jantung yang jauh lebih tinggi atau dikenal sebagai aritmia ventrikel de novo.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 5 Mobil Bekas yang Perawatannya Mahal, Ada SUV dan MPV
- 5 Perbedaan Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia yang Sering Dianggap Sama
- 5 Mobil SUV Bekas Terbaik di Bawah Rp 100 Juta, Keluarga Nyaman Pergi Jauh
- 13 Promo Makanan Spesial Hari Natal 2025, Banyak Diskon dan Paket Hemat
Pilihan
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
-
Libur Nataru di Kota Solo: Volume Kendaraan Menurun, Rumah Jokowi Ramai Dikunjungi Wisatawan
-
Genjot Daya Beli Akhir Tahun, Pemerintah Percepat Penyaluran BLT Kesra untuk 29,9 Juta Keluarga
Terkini
-
Fakta Super Flu, Dipicu Virus Influenza A H3N2 'Meledak' Jangkit Jutaan Orang
-
Gigi Goyang Saat Dewasa? Waspada! Ini Bukan Sekadar Tanda Biasa, Tapi Peringatan Serius dari Tubuh
-
Bali Menguat sebagai Pusat Wellness Asia, Standar Global Kesehatan Kian Jadi Kebutuhan
-
Susu Creamy Ala Hokkaido Tanpa Drama Perut: Solusi Nikmat buat yang Intoleransi Laktosa
-
Tak Melambat di Usia Lanjut, Rahasia The Siu Siu yang Tetap Aktif dan Bergerak
-
Rahasia Sendi Kuat di Usia Muda: Ini Nutrisi Wajib yang Perlu Dikonsumsi Sekarang
-
Ketika Anak Muda Jadi Garda Depan Pencegahan Penyakit Tak Menular
-
GTM pada Anak Tak Boleh Dianggap Sepele, Ini Langkah Orang Tua untuk Membantu Nafsu Makan
-
Waspada! Pria Alami Sperma Kosong hingga Sulit Punya Buat Hati, Dokter Ungkap Sebabnya
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit