Suara.com - Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyakit yang paling banyak diidap oleh masyarakat Indonesia.
Gaya hidup dan pola makan diketahui menjadi faktor risikonya. Tapi tahukah Anda kelenjar adrenal yang memicu adrenalin juga berpengaruh pada tekanan darah?
Faktanya, sebuah penelitian menemukan bahwa kelebihan aldosteron, hormon yang diproduksi oleh kelenjar adrenalin adalah alasan umum dan namun tidak diketahui yang berkontribusi untuk tekanan darah tinggi.
Hormon aldosteron bertanggung jawab untuk konservasi natrium di ginjal, kelenjar ludah, kelenjar keringat dan usus besar.
Kelebihan produksinya menyebabkan tekanan darah tinggi dan penyakit kardiovaskular dan kondisi ini disebut aldosteronisme.
Sebuah studi cross-sectional yang diterbitkan dalam Annals of Internal Medicine menunjukkan bahwa hormon aldosteron adalah penyebab hipertensi yang umum dan tidak diakui.
Untuk memahami dampak hormon aldosteron pada tekanan darah, para peneliti dari empat pusat medis akademik (termasuk Rumah Sakit Brigham dan Wanita, Universitas Alabama, Universitas Virginia, dan Universitas Utah di AS) mempelajari berbagai pasien.
Ini termasuk pasien dengan normotensi (tekanan darah yang berada dalam kisaran normal), hipertensi tahap 1, hipertensi tahap 2, dan hipertensi resisten untuk memeriksa keberadaan produksi aldosteron berlebih dan kondisi primer aldosteronisme.
Para peneliti menyatakan: "Aldosteronisme primer secara tradisional dianggap sebagai penyebab hipertensi yang tidak biasa.
Baca Juga: Tetap Keren Meski Gemuk, Fashion Blogger Ini Tiru Gaya Modis Para Selebriti
Namun, temuan penelitian ini menunjukkan bahwa itu jauh lebih umum daripada yang diketahui sebelumnya.
"Kelebihan produksi aldosteron tidak akan dikenali oleh pendekatan diagnostik yang saat ini direkomendasikan.
Meskipun obat generik yang memblokir efek buruk aldosteron sudah ada dan mudah tersedia, temuan ini menunjukkan bahwa menggunakan obat ini lebih sering akan efektif.Ini akan membantu mengobati hipertensi dan menurunkan risiko penyakit kardiovaskular.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Maarten Paes: Pertama (Kalahkan) Arab Saudi Lalu Irak, Lalu Kita Berpesta!
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
Terkini
-
Belajar dari Kasus Ameena, Apakah Permen Bisa Membuat Anak Sering Tantrum?
-
Bukan Sekadar Gadget: Keseimbangan Nutrisi, Gerak, dan Emosi Jadi Kunci Bekal Sehat Generasi Alpha
-
Gerakan Kaku Mariah Carey saat Konser di Sentul Jadi Sorotan, Benarkah karena Sakit Fibromyalgia?
-
Di Balik Rak Obat dan Layar Digital: Ini Peran Baru Apoteker di Era Kesehatan Modern
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?