Suara.com - Kabar Baik, Uji Klinis Vaksin Corona Fase 1 Pada Manusia Disebut Aman
Selama beberapa waktu belakangan sejumlah peneliti terus mencari vaksin yang potensial untuk virus corona atau Covid-19.
Kabar baiknya, vaksin coronavirus pertama yang mencapai uji klinis fase 1 telah ditemukan aman, dapat ditoleransi dengan baik dan mampu menghasilkan respons kekebalan terhadap SARS-Cov-2 pada manusia. Penelitian ini dipublikasikan di The Lancet.
Seperti dilanisr dari Health24,vaksin Ad5-NCov yang baru ini, merupakanvaksin adenovirus tipe-5 yang mengekspresikan lonjakan glikoprotein dari virus SARS-Cov-2.
Vaksin ini dikembangkan oleh Institut Bioteknologi Beijing dan Biologi CanSino di Tianjin, China.Demikian seperti dilansir dari Health24.
Uji coba ini dilakukan di antara 108 orang dewasa sehat berusia antara 18 dan 60 tahun dengan cara label terbuka.
Ini berarti bahwa baik calon uji coba dan penelitian tahu persis apa yang akan diterima calon.
Orang dewasa ini menunjukkan hasil yang menjanjikan setelah 28 hari, tetapi hasilnya perlu dievaluasi untuk jangka waktu enam bulan.
Para peneliti menguji darah para kandidat secara berkala untuk melihat bagaimana sistem kekebalan terpengaruh.
Baca Juga: Peneliti Ungkap Sebab Hipertensi yang Tidak Banyak Diketahui, Apa Itu?
Vaksin ini pada umumnya ditoleransi dengan baik pada semua dosis, tanpa ada laporan efek samping yang serius.
Vaksin ini merangsang respons sel-T yang cepat di sebagian besar sukarelawan, yang lebih besar pada mereka yang diberi dosis vaksin yang lebih tinggi dan menengah, dengan tingkat memuncak pada 14 hari setelah vaksinasi, menurut rilis berita.
Namun, para peneliti mencatat bahwa respon antibodi dan sel-T dapat dikurangi oleh faktor-faktor tertentu, seperti kekebalan yang sudah ada terhadap adenovirus tipe 5 (biasanya vektor atau pembawa flu biasa):
"Studi kami menemukan bahwa Imunitas Ad5 yang ada dapat memperlambat respons imun yang cepat terhadap SARS-CoV-2 dan juga menurunkan tingkat respons puncak.
"Selain itu, kekebalan Ad5 yang sudah ada sebelumnya juga mungkin memiliki dampak negatif pada persistensi tanggapan kekebalan yang ditimbulkan oleh vaksin," kata Profesor Feng-Cai Zhu dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Provinsi Jiangsu di China yang memimpin penelitian.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Sekelas Honda Jazz untuk Mahasiswa yang Lebih Murah
- 7 Rekomendasi Body Lotion dengan SPF 50 untuk Usia 40 Tahun ke Atas
- 26 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 13 November: Klaim Ribuan Gems dan FootyVerse 111-113
- 5 Pilihan Bedak Padat Wardah untuk Samarkan Garis Halus Usia 40-an, Harga Terjangkau
- 5 Rekomendasi Sepatu Lokal Senyaman New Balance untuk Jalan Kaki Jauh
Pilihan
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Terbaru Update Satgas PASTI OJK: Ada Pindar Terkenal
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
-
Rolas Sitinjak: Kriminalisasi Busuk dalam Kasus Tambang Ilegal PT Position, Polisi Pun Jadi Korban
Terkini
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia
-
Vape Bukan Alternatif Aman: Ahli Ungkap Risiko Tersembunyi yang Mengintai Paru-Paru Anda