Suara.com - Vitamin D sangat baik untuk mendukung fungsi kekebalan tubuh, pertumbuhan, penyerapan magnesium dan kesehatan tulang. Tapi, overdosis vitamin D bisa menyebabkan reaksi yang merugikan.
Sejak wabah virus corona Covid-19, banyak orang keluar rumah untuk berjemur pagi hari yang dipercaya bisa memberikan formula vitamin D secara alami.
Selain paparan sinar matahari, vitamin D juga tersedia dalam makanan yang dikonsumsi, seperti salmon, daging merah dan kuning telur.
Banyak pula suplemen vitamin D yang dijual di toko-toko kesehatan. Tapi, bagaimana seseorang tahu dirinya overdosis vitamin D?
NHS mengatakan sebagian besar orang bisa mendapatkan vitamin D untuk kulit dari sinar matahari selama akhir Maret hingga September.
Tapi, asupan vitamin D yang dikombinasikan dengan diet dan suplemen bisa menimbulkan gejala-gejala overdosis. Adapun ambang batas toksisitas sekitar 200ng/mL, jadi lebih tinggi dari itu bisa menyebabkan hiperkalsemia.
Hiperkalsemia adalah kelebihan kalsium dalam aliran darah yang bisa menyebabkan komplikasi. Salah satu komplikasinya adalah memiliki rasa logam di mulut.
Selain itu, komplikasi lainnya adalah detak jantung yang tidak teratur, karena sakit kepala terus menerus dan kehilangan nafsu makan.
Beberapa orang mungkin juga akan mengalami kelemahan otot, kelelahan yang tidak bisa jelaskan, lekas marah dan kecemasan.
Baca Juga: Ahli: Perlu Dialisis Ginjal untuk Lawan Virus Corona Covid-19
"Kadar kalsium yang tinggi bisa menyebabkan gagal ginjal yang cepat, kehilangan kesadaran, koma atau kelainan irama jantung serius yang mengancam jiwa," kata NHS dikutip dari Express.
Konsumsi suplemen vitamin D jangka panjang atau berlebihan juga bisa menyebabkan keracunan. Bahkan berhenti minum vitamin D juga menyebabkan efek toksisitas yang mungkin hilang setelah berbulan-bulan.
Perlu dipahami pula suplemen vitamin D tidak cocok untuk semua orang. Karena, suplemen ini bisa berinteraksi dengan jenis obat tertentu yang diresepkan.
Misalnya, orang yang menggunakan kolestyramine untuk mengobati kolesterol tinggi harus mewaspadai suplemen vitamin D.
Beberapa kondisi medis juga bisa meningkatkan sensitivitas seseorang terhadap vitamin D, termasuk kanker, sindrom williams, sarkoidosis dan hipertiroidisme primer.
Berita Terkait
Terpopuler
- Cara Edit Foto Pernikahan Pakai Gemini AI agar Terlihat Natural, Lengkap dengan Prompt
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Anak Jusuf Hamka Diperiksa Kejagung Terkait Dugaan Korupsi Tol, Ada Apa dengan Proyek Cawang-Pluit?
- Dedi Mulyadi 'Sentil' Tata Kota Karawang: Interchange Kumuh Jadi Sorotan
- Ditunjuk Jadi Ahli, Roy Suryo Siapkan Data Akun Fufufafa Dukung Pemakzulan Gibran
Pilihan
-
Ivan Gunawan Blak-blakan: Dijauhi Teman Pesta Usai Hijrah dan Risih Dipanggil 'Haji'
-
5 Prompt AI Viral: Ubah Fotomu Jadi Anime, Bareng Idol K-Pop, Sampai Action Figure
-
Media Belanda Julid ke Eliano Reijnders yang Gabung Persib: Penghangat Bangku Cadangan, Gagal
-
Sudah di Indonesia, Jebolan Ajax Amsterdam Hilang dari Skuad
-
Harga Emas Antam Tembus Paling Mahal Hari Ini, Jadi Rp 2.115.000 per Gram
Terkini
-
Anak Bentol Setelah Makan Telur? Awas Alergi! Kenali Gejala dan Perbedaan Alergi Makanan
-
Alergi Makanan Anak: Kapan Harus Khawatir? Panduan Lengkap dari Dokter
-
Pijat Bukan Sekadar Relaksasi: Cara Alami Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental
-
3.289 Kasus Baru Setiap Tahun: Mengenal Multiple Myeloma Lebih Dekat Sebelum Terlambat
-
Konsistensi Lawan Katarak Kongenital, Optik Ini Raih Penghargaan Nasional
-
Apa Itu HB Dosting Hexyl? Doktif Klaim Hexylresorcinol Pengganti Hydroquinone
-
Perempuan Wajib Tahu! 10.000 Langkah Sederhana Selamatkan Tulang dari Pengeroposan
-
Kemenkes Catat 57 Persen Orang Indonesia Sakit Gigi, Tapi Cuek! Ini Dampak Ngerinya Bagi Kesehatan
-
5 Rekomendasi Obat Cacing yang Aman untuk Anak dan Orang Dewasa, Bisa Dibeli di Apotek
-
Sering Diabaikan, Masalah Pembuluh Darah Otak Ternyata Bisa Dideteksi Dini dengan Teknologi DSA