Suara.com - Ada banyak faktor yang menyebabkan seseorang berisiko mengalami gangguan mental, seperti depresi. Tetapi, penelitian menemukan jam kerja menjadi salah satu faktor yang memengaruhi risiko. Hasil penelitian menunjukkan orang yang bekerja shift malam hari lebih berisiko mengalami depresi akibat merusak otak.
Eksperimen dalam penelitian ini menemukan bahwa cahaya biru dari komputer atau laptop mengubah sirkuit kimia dalam materi abu-abu otak yang mengontrol suasana hati.
Paparan cahaya biru dari laptop di malam hari telah menyebabkan tikus percobaan menjadi kurang aktif sebagai bentuk "blues".
Tim peneliti dari China pun percaya bahwa kondisi yang sama juga terjadi manusia. Paparan cahaya biru ini juga bisa berdampak bagi mereka yang menggunakan gadget sebelum tidur.
"Selain berdampak pada penglihatan, cahaya biru juga memodulasi berbagai fungsi fisiologis, termasuk suasana hati," kata Dr Huan Zhao dikutip dari The Sun.
Saat ini banyak sekali orang yang menjalani kehidupan malam, seperti bekerja di malam hari. Beraktivitas menggunakan gadget di malam hari sebelum tidur.
Terlebih orang yang selalu bekerja shift malam, mereka sepertiga lebih rentan terhadap depresi daripada orang lainnya.
Selain depresi, teknologi yang memancarkan cahaya biru juga dikaitkan dengan kecemasan. Sehingga banyak sekali dampak buruk paparan cahaya biru pada kondisi psikologis.
"Paparan cahaya biru yang berlebihan di malam hari telah dikaitkan dengan risiko lebih besar gejala depresi. Karena itu, kondisi sekarang ini yang mana banyak orang lebih aktif di malam hari cukup meinumbulkan keprihatinan serius," paparnya.
Baca Juga: Anak Kembali ke Sekolah, Peneliti Peringatkan Waspada 7 Gejala Covid-19 Ini
Meski begitu, sejumlah ahli menemukan solusi yang tepat untuk menurunkan risiko depresi, terutama pada orang yang harus bekerja shift malam dengan paparan cahaya biru.
Para ahli mengklaim bahwa waktu luang untuk berolahraga, keluar di siang hari dan menghabiskan waktu bersama kerabat bisa mengurangi risiko seseorang mengalami gejala depresi.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
Terkini
-
Di Balik Duka Banjir Sumatera: Mengapa Popok Bayi Jadi Kebutuhan Mendesak di Pengungsian?
-
Jangan Anggap Remeh! Diare dan Nyeri Perut Bisa Jadi Tanda Awal Penyakit Kronis yang Mengancam Jiwa
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Produksi Makanan Siap Santap, Solusi Pangan Bernutrisi saat Darurat Bencana
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat