Suara.com - Usia 0 sampai 6 tahun disebut sebagai masa emas anak-anak. Karena saat usia tersebut, tumbuh kembang anak terjadi sangat pesat baik secara fisik maupun kecerdasannya.
Masa awal tumbuh kembang anak menjadi periode yang sensitif dan terjadi hanya sekali orangtua diharapkan dapat mengoptimalkan periode ini dengan mengombinasikan stimulasi dan nutrisi yang tepat.
"Orang tua harus rajin memberikan stimulasi kepada anak, namun harus menunggu kesiapan anak sehingga tidak overstimulation," kata Psikolog Dr. Rose Mini A.P, MPsi dalam siaran pers 'Jangan Terlambat, Optimalkan Tumbuh Kembang Anak Pada Masa Emasnya!' yang diterima suara.com, Senin (8/6/2020).
Di samping itu, tambah Rose, orangtua jangan membanding-bandingkan kemampuan setiap anak. Karena masing-masing mereka memiliki kelebihan dan kekurangannya.
Rose mengamini bahwa setiap orangtua tentu menginginkan anaknya tumbuh aktif dan cerdas. Tetapi terkadang, makna kecerdasan sebatas pencapaian akademis di sekolah. Hal tersebut membuat anak terbatas pada jenis kecerdasan yang sangat sempit.
"Padahal, dalam diri anak, ada banyak potensi yang bisa dikembangkan karena pada dasarnya terdapat kecerdasan majemuk. Jika dipersiapkan dengan matang, generasi yang disebut ‘Gen Alpha’ ini akan unggul dengan kecerdasan majemuk,” jelasnya.
Dalam meningkatkan kualitas tumbuh kembang dan kecerdasan anak, kebanyakan orangtua terkadang terlalu fokus pada organ otaknya saja.
Padahal, organ lain juga berpengaruh, dalam hal ini adalah saluran pencernaan di mana para ahli sering menyebutnya dengan the second brain.
Konsep yang menggabungkan antara pengaruh saluran cerna proses perkembangan fungsi otak disebut sebagai gut-brain axis. Keterkaitan antara sistem saluran cerna dan otak ini diperankan penting oleh mikrobiota dalam saluran cerna, di mana bisa menghubungkan pusat kognisi dan emosi pada otak dengan aktivasi imun.
Baca Juga: Tak Banyak yang Tahu, Ini Usia Sensitif Tumbuh Kembang Anak dalam Belajar
Anak yang mempunyai saluran cerna yang baik dan sehat akan mampu menyerap nutrisi dengan baik dan menyuplai kebutuhan nutrisi ke seluruh tubuh, termasuk otak.
Bakteri baik di usus, yang sering disebut sebagai mikroflora, besar pengaruhnya terhadap perilaku anak sehingga perlu dijaga keseimbangannya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
-
Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
-
Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
-
Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
-
Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
Terkini
-
Indonesia di Ambang Krisis Dengue: Bisakah Zero Kematian Tercapai di 2030?
-
Sakit dan Trauma Akibat Infus Gagal? USG Jadi Solusi Aman Akses Pembuluh Darah!
-
Dokter Ungkap Fakta Mengejutkan soal Infertilitas Pria dan Solusinya
-
Mitos atau Fakta: Biopsi Bisa Bikin Kanker Payudara Menyebar? Ini Kata Ahli
-
Stroke Mengintai, Kenali FAST yang Bisa Selamatkan Nyawa dalam 4,5 Jam!
-
Dari Laboratorium ITB, Lahir Teknologi Inovatif untuk Menjaga Kelembapan dan Kesehatan Kulit Bayi
-
Manfaatkan Musik dan Lagu, Enervon Gold Bantu Penyintas Stroke Temukan Cara Baru Berkomunikasi
-
Gerakan Peduli Kanker Payudara, YKPI Ajak Perempuan Cintai Diri Lewat Hidup Sehat
-
Krisis Iklim Kian Mengancam Kesehatan Dunia: Ribuan Nyawa Melayang, Triliunan Dolar Hilang
-
Pertama di Indonesia: Terobosan Berbasis AI untuk Tingkatkan Akurasi Diagnosis Kanker Payudara