Suara.com - Kepala unit penyakit dan zoonosis dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Dr Maria Van Kerkhove, mengatakan orang tanpa gejala (OTG) tidak mendorong penyebaran virus corona Covid-19, pada Senin (8/6/2020).
Pernyataan ini pun mengundang kontroversi lantaran berbanding terbalik dengan penelitian-penelitian yang sudah banyak dilakukan mengenai penyebaran virus corona dari orang tanpa gejala.
Hingga akhrirnya ia mengklarifikasi dan mengakui hasil dari sebuah studi pemodelan yang memperkirakan infeksi virus corona dapat ditularkan oleh orang tanpa gejala hingga 40%.
Ia mengatakan, komentarnya saat konferensi pers Senin itu didasarkan pada dua atau tiga studi yang menindaklanjuti kontak orang tanpa gejala, dan data yang tidak dipublikasikan yang dibagikan oleh negara atau pakar dengan organisasinya.
"Saya menggunakan frasa 'sangat langka' dan saya pikir itu adalah kesalahpahaman untuk menyatakan transmisi asimptomatik secara global sangat jarang. Apa yang saya maksudkan adalah subset studi. Saya juga merujuk pada beberapa data yang tidak dipublikasikan," jelasnya, dikutip dari The Guardian.
Dia mengatakan tidak menyebutkan perkiraan hingga 40% karena data itu dari model. Sebab sudah pasti infeksi asimptomatik terjadi, tetapi seberapa sering masih menjadi salah satu yang tidak diketahui secara luas yang diselidiki pada ilmuwan, katanya.
Salah satu komplikasinya, beberapa orang yang tampaknya terinfeksi tetapi tidak menunjukkan gejala sebenarnya adalah pra-gejala. Mereka dapat mengalami gejala ringan setelahnya.
Salah satu masalah kritis adalah berapa lama orang menular sebelum mereka mengembangkan gejala dan seberapa menular mereka sebelum jelas-jelas sakit.
"Bukan hanya siapa yang mentransmisikan ke orang lain, tetapi kapan. Data ini sangat awal," sambungnya.
Baca Juga: Pasien Covid-19 Tanpa Gejala Disebut Bisa Kembangkan Ciri Tertentu
Ada kemungkinan bahwa orang tanpa gejala tidak memiliki tingkat virus yang tinggi dalam tubuh mereka.
"Tampaknya orang memiliki lebih banyak virus di tubuh mereka sekitar saat mereka mengalami gejala," lanjutnya.
"Dengan Covid-19, patogen infeksius ada di jalan napas atas di mana viral load memuncak tepat ketika Anda mulai merasa sakit," kata Dr. Mike Ryan, kepala program kedaruratan kesehatan WHO.
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan